Berdoa mampu mencegah seseorang dari depresi (tekanan kejiwaan), kata seorang dekan Psikologi di negeri ini.
Ketika berdoa dalam tubuh manusia ada syaraf tertentu, diantara syaraf itu terdapat penghubung antar syaraf yang disebut neurotransmitter, kata Dekan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area (UMA), Irna Minauli, MPsi, Minggu.
Berdoa dapat menyeimbangkan neurotransmitter sehingga dapat mencegah depresi dan gangguan jiwa lainnya, menurutnya. Lanjut Irna, secara psikologis, saat depresi seseorang biasanya merasa hilang harapan, tidak dihargai, maka, saat berdoa seseorang merelakan segala “cobaan” itu kepada Tuhan.
Kemudian, saat itu pula orang yang berdoa telah melepas emosi negatif, sehingga seseorang merasa lebih tenang. Terlebih, seseorang memiliki pemahaman yang baik, bahwa di balik segala cobaan terdapat hikmah, sehingga pada tahap pemahaman itu seseorang bisa berfikir lebih bijak. “Maka berdoa perlu spesifik,” katanya, seperti diberitakan Antara.
Irna mengungkapkan, sebuah penelitian yang dilakukan di rumah sakit pada dua bangsal, pada satu bangsal dilakukan pembacaan doa terhadap pasien di dalamnya dan satu bangsal lagi tidak didoakan.
Ternyata, tingkat kesehatan pasien yang dirawat di bangsal yang didoakan lebih tinggi dari pada pasien yang tidak.
Bacaan : Roma 3:21-26 Dalam olahraga lompat tinggi, atlet yang berhasil melompat setinggi 6 meter dapat merasa lebih baik daripada mereka yang hanya bisa melompat setinggi 5 meter. Namun, betapa bodoh kalau ia lalu berpikir ia lebih mampu ...