KUTA - Inilah cara turis pantai mengenang korban bom Bali dua tahun lalu. Mereka mengemas peringatan dalam acara Paddle for Peace (Kayuh untuk Perdamaian) di Pantai Kuta kemarin. Acara doa di pantai itu digagas Ken Lucas asal Australia dan dilakukan saat matahari terbenam. Ratusan orang mengikutinya, baik yang melingkar di tengah laut maupun berdoa di pantai.
Sebelum dimulai, puluhan peserta membawa papan surfing. Mereka baris berjajar menghadap laut yang disinari mentari yang hendak kembali ke peraduan. Lucas meletakkan aneka bunga di atas paddle (kayuh lebar berbahan kayu). Dia juga berlari-lari menaburkan bunga-bunga ke wajah peserta yang duduk berjajar.
Setelah camat Kuta memukul gong, peserta berhamburan ke laut. Mereka berenang beberapa ratus meter. Di tengah laut, mereka membentuk formasi lingkaran. Kemudian menaburkan bunga ke laut. Bunga itu diambil dari papan paddle.
Saat di tengah laut, beberapa orang menyalakan lilin di gelas air mineral dan berdoa. Termasuk di dalamnya tujuh bule Australian, Erin Dunne dkk, yang menato lengannya dengan bendera negaranya. "Kami tengah berdoa untuk mendiang Aaron James Lee, Justin Graene Lee, dan Stacoy Lee," jelas Dunne. Mereka yang disebut itu menjadi korban bom Bali.
Warga Indonesia juga larut dalam upacara duka tersebut. Contohnya, Haidar Fahmi, staf Protokol Pemda Kaltim. Dia bersama rekannya yang tengah mengikuti pelatihan di Inna Hotel dengan 17 staf Pemprov se-Indonesia ikut berdoa. Selain ikut dalam Paddle for Peace, dia hadir dan berdoa di bekas tempat ledakan.
Setelah kembali ke darat, peserta bergabung dengan rekannya. Menari-nari di pantai berbaur dengan bule, mengiringi irama dari perkusi di depan posko Balawista (penyelamat pantai) Badung.
Selain di Kuta, acara mengenang bom Bali juga dilakukan di Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau Bajra Sandhi di Denpasar. Acara ini diikuti ribuan orang. Ratusan polisi dikerahkan untuk mengamankan acara tersebut.
Dalam acara Gema Perdamaian itu, digelar ribuan lilin dan tabur bunga. Doa yang diikuti umat Hindu, Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha juga dipanjatkan. Masing-masing wakil agama diberi waktu lima menit untuk berdoa.
Diawali dengan upacara Pada Yatra atau prosesi mengelilingi Bajra Sandhi yang dipimpin pengasuh Ashram Gandi Puri, Agus Indra Udayana. Disusul lantunan lagu Hitam Putih Negeriku oleh penyanyi balada kondang Franky Sahilatua. Kemudian, tarian Rejang Dewa dan Tari Baris dari mahasiswa ISI Denpasar menyeruak di pelataran Bajra Sandhi.
Sebagai puncak acara, balon dan burung merpati sebagai simbol perdamaian dilepas. Sayang, rangkaian tiga balon yang dililiti spanduk bertulisan Peace for All enggan mengangkasa. Setelah lilitan spanduk dilepas, baru balon itu membubung. Acara diakhiri dengan pembacaan puisi perdamaian oleh pasangan putra putri Bali, Agung Wirasutha dan Yunita.
Sedangkan di lokasi ledakan, acara mengenang bom Bali juga digelar. Keluarga korban maupun orang yang selamat dan umum ikut membanjiri tempat itu.
Mereka secara khidmat mendengarkan pidato Bupati Badung AAN Oka Ratmadi yang didaulat membuka monumen Tragedi Bom Bali. Monumen itu berisi 199 korban di antara 202 yang tewas dalam bom Bali. "Semoga bom Bali adalah bom pertama dan terakhir," kata Ratmadi.
Selesai Ratmadi meletakkan karangan bunga, keluarga korban bom Bali, korban hidup, serta korban bom Marriott diberi kesempatan berdoa dan meletakkan karangan bunga. Korban Marriott (Febby Firmansyah, Dwi Welasih, dan Vivi Normasari) bersama pendampingnya, Jully Martani Isran, diberi kesempatan terlebih dahulu. Air mata mereka tumpah mengiringi doa dan karangan bunga.
Begitu juga ketika keluarga dan korban bom Bali naik pelataran monumen, mereka menangis. Bahkan, Ratnitiasih (janda mendiang Made Wijaya) menangis dengan kerasnya.
Setelah mereka kembali ke tenda undangan, tiga orang ambruk dan pingsan. Mereka adalah Chusnul Chotimah (korban cacat seumur hidup); Ketut Jontri (janda mendiang Ketut Cindra); dan Ni Wayan Rastini (janda mendiang Ketut Nana Wijaya).
Mereka ditolong relawan Fardhu Kifayah, kelompok yang sehari-hari mengurus pemakaman muslim. Mereka sigap dan membopongnya ke dalam Panin Bank di dekat lokasi. Paramedis BIMC dr Indra Wijaya dan dr Indra Prakanata langsung menangani mereka. Beberapa menit kemudian mereka siuman. Chusnul yang paling akhir siuman.
Jawa Pos
Jakarta - Indonesian Committee on Religion and Peace (IComRP) mencatat sedikitnya 47 rumah ibadah Kristen dan Katolik di seluruh Indonesia sepanjang 2010 mendapatkan gangguan. ...