Ke-Kristenan di dunia saat ini mulai mengambil wajah pribumi, gerakan Pentakosta, menurut seorang ahli.
Hal ini dinyatakan Profesor Roger E Hedlund, seorang peneliti Studi Kepribumian di Institut Mylapore di Singapura, saat berbicara kepada sekelompok akademisi dan para pemimpin Kristen lainnya di Trinity Theological College, Singapura, Rabu.
Gerakan pribumi terdapat di Amerika, Afrika dan Asia, meski tidak semua dapat dianggap ortodoks oleh kebanyakan gereja.
Dan Pentakostalisme adalah "agama global dengan perkembangan tercepat di abad 21", dengan setidaknya sepertiga Kristen di Asia menjadi Pentakosta/Karismatik. Seorang pemimpin gereja memperkirakan jumlahnya dua pertiga dari keseluruhan.
Semua ini menjanjikan untuk mengatasi ketidakseimbangan dari ke-Kristenan Barat, kata Profesor Hedlund.
Gerakan pribumi yang sebagian besar Pentakosta dapat menyediakan 'kritik teologis' terhadap budaya Barat yang 'materialistis' dan 'mengingkari Tuhan', katanya, mengutip ahli misi Lesslie Newbigin.
Untuk melakukan itu, "cara pandang pribumi Asia harus mengambil supranatural dengan serius," ia mengutip The Rev Dr Hwa Yung, Uskup Gereja Methodis di Malaysia dan pendiri dari Pusat Studi Kristen di Asia, lengan penelitian TTC.
Hedlund juga berbicara tentang gerakan-gerakan Kristen independen di Asia Tenggara.
Ia menghabiskan tiga sesi berbicara tentang India, memberikan beberapa contoh dari gerakan Kristen di sub benua itu yang sangat "pribumi" dalam prakteknya meskipun tidak dalam nama.
"Ke-Kristenan [di India] adalah orang India," kata Hedlund, yang mengarahkan Kamus ke-Kristenan Asia Selatan dan melayani sebagai redaktur Dharma Deepika, jurnal penelitian misiologis Asia Selatan.
Ke-Kristenan tiba di India Selatan, menurut tradisi, melalui Tomas, salah satu dari dua belas murid Yesus Kristus.
Iman Kristen sejak saat itu berakar di tanah India, dengan perbedaan-perbedaan antara gereja-gereja di India Selatan, dengan sejarah 2.000 tahun, dan orang-orang di India Utara, dengan sejarah 200-tahun.
Ke-Kristenan pada abad sekarang akan "lebih beragam secara budaya" daripada sebelumnya, kata cendekiawan itu.
Ini berarti ke-Kristenan mempunyai "kapasitas yang lebih besar untuk berkat, dan kapabilitas yang lebih banyak untuk bencana," katanya dengan mengutip Andrew Walls, seorang sejarawan gereja.
JAKARTA - Reachout Foundation (ROF) bekerjasama dengan Yayasan SoeryaDharma (YSD) dan Jaringan Doa Nasional (JDN) akan menyelenggarakan Kebaktian ...