Demi mendapatkan uang dengan menjual besi tua, dua pelajar, Adriano (15) dan Aryanto (16), mengikuti ajakan rekannya yang sudah drop out, Gabriel Emilianus (16) untuk menggasak peralatan misa di Kapela Ledalero dan Carmel Nita serta flash disc dari kamar tidur para frater di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Sebuah gong kuning besar yang dibawa dari Austria, sebuah tabernakel serta sejumlah peralatan misa digasak dari dalam kapela di Seminari Carmel-Nita dan Seminari Tinggi St Paulus Ledalero ketika para mahasiswa liburan baru-baru ini, menurut Tribun News.
Peralatan misa tersebut ditempa hingga bentuknya tak beraturan lalu dimasukkan ke dalam karung untuk dibawa kepada pengepul besi tua di Nita dan Maumere. Peralatan itu dijual 15.000/kg di Nita dan Rp 20.000/kg di Maumere. Sedangkan flash disc berisi dokumen penting mata kuliah para mahasiswa Ledalero (frater) dihapus untuk diisi lagu-lagu.
Kasus pencurian peralatan misa ini merupakan kejadian pertama di Nita selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Kapolres Sikka AKBP Agus Suryatno melalui Kapolsek Nita Ipda Flavianus Lavi, Rabu, mengatakan, pencurian tersebut dilaporkan Satpam Ledalore pada 18 Agustus 2010.
Polisi mengembangkan penyelidikan dan mengidentifikasi para pelaku. Emil pertama kali ditangkap polisi ketika sedang nongkrong di lapangan voli di Nita. Dari keterangan Emil, terkuaklah keterlibatan dua rekannya, Adriano dan Aryanto, yang masih duduk di bangku SMP dan SD.
Emil telah melakukan tiga kali pencurian di Wisma Rafael Nita, tempat penginapan para frater. Pencurian terakhir pada Agustus 2010 melibatkan dua orang rekannya. "Waktu dia (Emil) curi kaki lilin di Carmel (letaknya bersebelahan dengan Polsek Nita), frater kejar dia. Orangtuanya juga dipanggil, tapi dia tidak mengaku," kata Flavi.
Dia mengemukakan, peralatan misa ukuran kecil dan besar diambil di dalam gereja lalu ditempa dengan batu menjadi tak berbentuk kemudian dibawa kepada pengepul besi tua. Mereka menjual kepada pengepul Budi di Nita seharga Rp 15.000/kg.
Sedangkan tabernakel (peti penyimpanan hosti) terlampu berat sehingga tidak bisa dipikul ketiga remaja itu. Mereka membuangnya begitu saja di sekitar kapel Ladalero. Namun, sebuah gong besar dari Austria dibawa utuh lalu dijual di Kota Uneng, Maumere.
"Dulu, gereja dibiarkan terbuka sampai malam tak masalah, karena tidak ada yang berani yang curi. Fenomena terakhir, ternyata orang tidak lagi takut untuk mencuri peralatan gereja," kata Flavi sambil mengingatkan untuk mengunci pintu-pintu gereja dengan baik.
Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Timika Mgr John Philip Saklil Pr memprihatinkan pendidikan anak-anak asli Papua terutama suku Kamoro di yang kurang mendapat perhatian serius orang tua dan pemda setempat. ...