Aksi bom bunuh diri yang terjadi bulan lalu serta aksi teror yang dihembuskan para teroris kerapkali dihubungkan dengan Islam dan dinilai telah mencoreng wajah Islam. Pasalnya karena pelaku mengatasnamakan Islam dan jihad dalam aksi terornya.
Sementara di tengah situasi keamanan yang masih belum stabil pasca bom Marriott-Ritz Carlton serta upaya aparat kepolisian menuntaskan kasus terorisme, Senin (10/8) diluncurkan sebuah buku berjudul "Kristen Muhammadiyah Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan" terbitan Al-Wasat Publishing House hasil karya dua tokoh intelektual Muhammadiyah, Abdul Mu'ti dan Fajar Riza Ul Haq di Gedung Muhammadiyah Jakarta.
Isi buku Kristen Muhammadiyah Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan menceritakan mengenai toleransi yang terjalin antara Islam dengan Kristiani baik Katolik maupun Kristen Protestan di Ende yang mayoritas masyarakatnya beragama Katolik.
Buku yang juga merupakan bagian desertasi Mu’ti tersebut memaparkan tentang bagaimana SMA Muhammadiyah di terima dengan baik oleh masyarakat Ende, bahkan 2/3 dari siswanya beragama Katolik serta menyediakan guru agama Katolik bagi siswa mereka yang Katolik.
Hal serupa juga diterapkan di SMP Muhammadiyah di Serui Teluk Cenderawasih Papua dan SMA Muhammadiyah di Putussibau Kalimantan Barat. Selain menyediakan guru Kristen atau Katolik juga tidak mewajibkan bagi non-Muslim memakai jilbab.
Suyanto, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional dalam komentarnya atas penerbitan buku tersebut mengatakan "Kelahirannya sangat tepat, soalnya ekstremisme dan terorisme sedang berkembang, sebagaimana dikutip oleh Kompas.
Melalui buku ini orang bisa mengembangkan pendidikan partisipatif yang menjamin toleransi. "Pada prinsipnya orang akan cepat belajar kalau ada contoh-contohnya. Ini contoh baik untuk mengajari anak-anak dalam toleransi keberagaman," ungkapnya.
Di lain pihak, Bambang Pranowo menganggap buku karya perpaduan mantan ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah dan direktur program Ma'arif Institute ini menepis paradigma Muhammadiyah yang puritan, tidak toleran dan tidak bersahabat dengan tradisi lokal.
Muhammadiyah yang dikenal puritan ternyata telah berintegrasi dengan lahirnya Muhammadiyah-Nahdlatul Ulama (MuNU) dan Marhaenisme-Muhammadiya (Marmud). Dan saat ini bertambah satu lagi yakni Kristen-Muhammadiyah atau disingkat Krismuha yang artinya orang Kristen yang sangat memahami, menjiwai dan mendukung Muhammadiyah, menurut Abdul Malik Fadjar, mantan Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Gotong Royong.
Seorang Kristen asal Inggris telah berjanji untuk menyebarkan ringkasan setiap bab dari Alkitab di Twitter. ...