Home >Church >Denomination

Paus: Masa Pra Paskah Adalah Sebuah Masa untuk Pembaruan

Paus Benediktus XVI berkata bahwa masa Pra-Paskah bukanlah sebuah "kewajiban berat" melainkan sebuah masa pembaharuan bagi mereka yang telah menemukan di dalam Yesus arti dari kehidupan.

Paus berbicara tentang mempersiapkan Paskah kepada ribuan umat yang berkumpul hari ini di Lapangan Santo Petrus untuk berdoa Angelus tengah hari.

Mereka "tidak dapat berpuasa sementara pengantin laki-lakinya bersama mereka," kata Paus, mengutip Kristus, "mereka akan berpuasa saat pengantin laki-laki diambil dari mereka."

Dengan kata-kata ini, Kristus menyingkap "identitasNya sebagai Mesiah, pengantin laki-laki Israel, yang datang bertunangan dengan bangsaNya," Paus Benediktus XVI menjelaskan.

"Mereka yang mengenali dan menyambutNya merayakan. Namun demikian, Ia akan harus ditolak dan dibunuh tepatnya oleh bangsaNya sendiri: Pada saat itu, selama Sengsara dan wafatNya, akan datang masa berkabung dan berpuasa," jelas Uskup Roma, menunjukkan arti dari Pra-Paskah.

"Secara keseluruhan, pra-paskah adalah sebuah tanda peringatan besar akan sengsara Tuhan, dalam mempersiapkan kebangkitan Paskah," lanjutnya. "Selama periode itu 'Alleluia' tidak dinyanyikan dan kita diundang untuk mempraktekkan bentuk-bentuk penyangkalan penyesalan diri yang pantas."

Masa Pra-Paskah "tidak boleh dijalankan dengan semangat 'kuno', layaknya sebuah kewajiban yang berat dan membosankan, melainkan dengan semangat baru dari orang yang telah menemukan di dalam Yesus dan misteri paskahNya arti dari kehidupan, dan merasakan bahwa segala susuatu harus menunjuk kepadanya," nasehat paus.

Paus akan membuka masa Pra-Paskah di kota Roma pada hari Rabu Abu dengan upacara doa tradisional di gereja Santo Anselmus dan prosesi ke basilika Santa Sabina, di mana ia akan memimpin Misa dan memberkati dan membagikan abu.

Upacara di Santa Sabina merefleksikan sebuah adat Romawi kuno merayakan upacara di gereja-gereja tertentu, atau stasi-stasi selama masa pra paskah. Selama beberapa tahun terakhir dalam hidupnya, dikarenakan semakin sulit baginya untuk mengelilingi kota, Paus Yohanes Paulus II merayakan upacara Rabu Abu di basilika Vatikan.