Ketua Umum PGI, Pdt. Dr. AA Yewangoe (kedua dari kiri) sedang memberikan ceramah kepada peserta sidang tahunan XXIX Majelis Sinode GMIT, Selasa (27/9). Tampak dalam gambar Yewangoe didampingi Dosen Etika UKAW-Kupang, Pdt. Dr. JEE Inabuy, Ketua GMIT Sinode, Pdt. Ayub Ranoh (paling kanan) dan Sekretaris GMIT Sinode, Pdt. MJ Karmany (paling kiri). Foto: Pos Kupang/ Johnson Olin
Sidang tahunan XXIX Majelis Sinode GMIT telah berlangsung di gedung GMIT Sinode Kupang, Selasa (27/9), yang juga dihadiri oleh Ketua Umum Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Dr. AA Yewangoe, Pos Kupang memberitakan.
"Gereja bagi orang lain, berarti gereja yang lebih terbuka dan membuka dirinya bagi pihak lain. Itu berarti gereja tidak boleh hanya berorientasi ke dalam dirinya sendiri. Gereja seperti ini mesti dilakukan, sebab tanpa itu, gereja akan kehilangan kredibilitasnya sebagai gereja," kata A.A Yewangoe.
Menurut dia, sangat tepat jika saat ini gereja memelopori berbagai persoalan sosial. Gereja, katanya, harus mengikuti Yesus Kristus yang menjadi manusia bagi orang lain. Gereja bagi orang lain berkaitan dengan solidaritas sosial. Kata solidaritas, lanjut dia, mempunyai makna terjalinnya kesatuan erat di antara beberapa pihak. "Perlu dijabarkan pengertian solidaritas dalam berbagai program dan rencana yang tidak saja mengarah ke dalam, tetapi juga sungguh-sungguh menyentuh kepentingan bersama," ujarnya.
Sedangkan pimpinan sidang Dr. Eben Nuban Timo mengemukakan bahwa dalam sidang kali ini peserta sebaiknya mengangkat persoalan kemiskinan yang terjadi di NTT. NTT sebenarnya tidak miskin, kata Timo. Banyak potensi yang bisa digali dan dimanfaatkan untuk mengeliminir kemiskinan. "Daerah ini mempunyai potensi sumber daya alam. Sayang, kita belum mampu memanfaatkannya," ujar Nuban Timo.
Dia menambahkan, para peserta juga bisa membahas masalah gender yakni peranan kaum perempuan saat ini. "Dalam rumah tangga, perempuan mempunyai peranan sangat besar. Ibu-ibu sekarang bukan hanya melahirkan dan merawat anak, tetapi juga mencari nafkah untuk menopang kehidupan keluarga."
Sementara itu, Sekretaris Panitia Pelaksana, Ev. Mus F Laoere, mengatakan, pelaksanaan sidang sinode ini mendapat dukungan dari Klasis Kota Kupang, Klasis Kupang Barat, dan Klasis Kupang Timur. Selain itu, kegiatan ini pun didukung oleh para pendeta, dokter, dan masyarakat Kota Kupang.
"Kami juga mendapat dukungan dana dan natura (hewan) dari masyarakat Amarasi Timur, Amarasi Barat, Fatuleu Barat, Amfoang Utara, Amfoang Selatan, Semau, klasis-klasis se-TTS, Pemkot dan Pemkab Kupang, serta pemerintah propinsi, dan para pengusaha Kristen," ujarnya.
JAKARTA - Tema Natal "Bertumbuh Menjadi Pembawa Damai", dinilai Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja tepat untuk melahirkan sikap dan perilaku yang baik kepada semua orang, apapun agama dan bangsanya. ...