JABALPUR, India (UCAN) -- Sembilan belas tahun lalu, seorang imam Katolik mengobati para korban gigitan ular sebagai suatu cara untuk memperkenalkan Kristus di suatu daerah yang "sulit."
Pastor Thomas Thalanany, 50, dari Keuskupan Ujjain, India bagian tengah, memulai praktek itu untuk membantu masyarakat mengatasi ophiciophobia (rasa takut terhadap ular). "Tapi kini saya telah mengadopsi praktek ini sebagai suatu misi untuk mewartakan cinta kasih Tuhan Yesus yang tak berkesudahan, khususnya di kalangan orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Dia," kata imam berjenggot itu kepada UCA News.
Ia melakukan "misi" ini di Klinik Navjeevan (kehidupan baru), yang didirikannya di Khadi, sebuah desa di Distrik Shajarpur, Negara Bagian Madhya Pradesh, dekat Bhopal, sekitar 650 kilometer selatan New Delhi.
Suster Lincy Emmanuel, seorang dari empat suster dari Kongregasi Suster-Suster Fransiskan Santa Klara yang berkarya di klinik itu, mengatakan, mereka menceritakan tentang agama Kristen kepada orang-orang yang mereka rawat. Mereka meminta para pasien dan keluarganya untuk memohon kesembuhan kepada Yesus. Banyak dari mereka mulai berdoa kepada Yesus dan membawa pulang gambar-gambar Kristus, lanjutnya.
Namun hal ini bisa mengakibatkan masalah karena kelompok-kelompok Hindu sayap kanan memantau ketat klinik itu, kata Pastor Thalanany kepada UCA News, 1 Juli. Ia menambahkan, mewartakan agama Kristen secara terbuka itu "sangat sulit" dilakukan di daerah yang tidak memiliki orang Kristen di antara 3.000 penduduk, warga desa dari berbagai kasta Hindu.
Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS, korps relawan nasional) dan kelompok-kelompok sekutu telah mendirikan sejumlah kantor di desa itu. RSS adalah organisasi payung dari kelompok-kelompok yang ingin menjadikan India sebagai negara teokratis Hindu.
Pastor Thalanany mengutip warga desa yang mengatakan bahwa para aktivis RSS mengadakan kunjungan rutin ke sejumlah toko dan rumah dekat klinik itu untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan orang-orang Gereja itu.
Madhya Pradesh termasuk dalam sejumlah negara bagian di India yang telah memberlakukan peraturan tentang larangan perpindahan agama melalui cara-cara paksa atau curang.
Pastor Thalanany mengatakan, selama ini para aktivis Hindu belum meminta informasi dari dia atau para suster tentang kegiatan-kegiatan mereka. Ia juga mengklarifikasi bahwa ia tidak meminta siapa pun untuk masuk agama Kristen. Namun ia berusaha menyampaikan kepada para pasiennya bahwa agama Kristen adalah sebuah agama yang "percaya pada pelayanan."
Imam itu memulai "pelayanan ular" tahun 1985, tiga tahun setelah penahbisannya. Ia berasal dari sebuah keluarga yang menggunakan metode-metode tradisional untuk mengobati para korban gigitan ular di Kerala, India bagian selatan.
Ketika ia mengawali karya itu, ia tidak dibantu siapa pun. Ia kemudian mendirikan klinik itu dan merekrut para suster itu.
Klinik itu terdiri atas tiga ruang dan dua aula yang bisa menampung 40 orang. Klinik itu tidak menyediakan tempat tidur seperti rumah sakit-rumah sakit lain, maka para pasien harus mengatur tempat tidur dan makanan di ruang yang tersedia. Namun klinik itu menyediakan ruang untuk memasak dan hanya meminta bayaran untuk biaya pengobatan.
Suster Emmanuel mengatakan, rata-rata ada 100 kasus gigitan ular setiap bulan. Kasus itu meningkat selama musim hujan, Juni-Agustus. Mereka sering menerima "kasus rumit" dari warga suku, yang sering datang setelah pengobatan tradisional mereka gagal, lanjutnya.
Sebuah kasus semacam itu terjadi pada Nagiram, 60. Ia dirawat selama 15 hari di klinik itu karena digigit ular berbisa. Ia mengatakan kepada UCA News, ia datang ke pusat Gereja itu setelah pengobatan lokal gagal. Ia telah mengunjungi dukun di desanya, yang, katanya, memperburuk kondisinya. Seorang saudara mengatakan kepada dia tentang klinik itu. Ia memuji orang-orang Gereja karena membebaskan dia dari penyakit itu.
Ramesh, 30, mengatakan kepada UCA News, ia langsung pergi ke pusat Gereja itu setelah digigit ular berbisa karena sebelumnya klinik itu telah menyembuhkan seorang temannya. Menurut dia, perawatan di klinik Gereja itu lebih murah dibanding di rumah sakit-rumah sakit lain. "Perawatan khusus para suster terhadap para pasien tidak ditemukan di rumah sakit mana pun," lanjut pemuda Hindu yang dirawat di klinik itu selama 13 hari.
Nen Singh, saudara dari seorang pasien perempuan, mengatakan kepada UCA News, ia sangat senang dengan perawatan di klinik itu. Saudaranya dirawat selama 20 hari di klinik itu setelah digigit seekor ular berbisa. Singh menyampaikan terima kasih kepada Pastor Thalanany dan para suster itu atas pelayanan mereka.
Selain pengobatan, klinik itu menggunakan "batu-batu ular" untuk memindahkan racun dari tubuh. Batu-batu ini merupakan batu penyerap seberat 4 gram yang ditekankan pada luka bekas gigitan ular. Batu itu mencabut dan menyerap racun, jelas imam itu.
Jika batu itu lepas setelah 30 menit, katanya, ini berarti bahwa tidak ada lagi racun dalam tubuh. Kadang-kadang dibutuhkan lebih dari satu batu untuk memindahkan racun. Sebuah batu bisa menyerap racun hingga 48 jam.
Suster Lucy Kunnappally, seorang suster lain yang berkarya bersama Pastor Thalanany, mengatakan kepada UCA News 1 Juli, klinik itu sudah cukup terkenal di daerah itu tanpa perlu mengiklankan pelayanannya.
Suster Emmanuel mengatakan, mereka mengakui bahwa mereka menerima sejumlah kasus hanya setelah menerima sebuah persetujuan tertulis dari keluarga yang mengatakan bahwa keluarga itu tidak akan meminta pertanggungjawaban klinik itu jika pasien meninggal. Ini membantu menghindari tindakan hukum, lanjutnya. Klinik itu memberi rujukan untuk "kasus-kasus serius" kepada rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah setelah memberikan pertolongan pertama.
Meskipun mereka telah berusaha, kata Suster Kunnappally, 25 korban gigitan ular meninggal di klinik itu dua tahun lalu. Tapi ini tidak mempengaruhi popularitas klinik itu.
Musim hujan telah tiba, dan jumlah pasien kembali bertambah.
Uskup Agung Bangalor kota bagian Selatan India mengatakan bahwa “tidak ada paksaan konversi agama” oleh Kristiani di Karnataka, serta mengatakan bahwa “tuduhan tersebut tidak benar”. Karnataka, dengan Bangalor sebagai ibu kotanya, ...