Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Tokoh Agama Resmikan Prasati Soko Tunggal


Posted: Dec. 19, 2005 19:01:04 WIB
tokoh-agama-resmikan-prasati-soko-tunggal

Mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (kanan), bersama sejumlah tokoh agama dan aliran kepercayaan, pada acara Pemancangan Prasati Deklarasi Soko Tunggal yang diselenggarakan oleh Forum Keadilan dan Hak Asasi Umat Beragama (FORKHAGAMA) di Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang, Sabtu (17/12). (Foto: ANTARA/Rahmadi Rekotomo)

Para tokoh agama dan aliran kepercayaan menghadiri Pemancangan Prasati Deklarasi Soko Tunggal yang diselenggarakan oleh Forum Keadilan dan Hak Asasi Umat Beragama (FORKHAGAMA) di Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang, Sabtu (17/12). Pemancangan Prasasti Deklarasi Soko Tunggal itu antara lain berisi tentang solidaritas dan toleransi umat beragama dalam kerangka NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Acara tersebut juga dihadiri oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid yang menyatakan, bangsa Indonesia harus kembali ke jati diri kemajemukannya. Karena itu, ajaran agama dan budaya jangan hanya dijadikan hiasan, tetapi harus menjadi cara hidup yang menuntun manusia memahami dan mengerti sesamanya.

"Kita ini bangsa yang majemuk. Itu jati diri kita. Dengan memahami keberagaman itu, kita bisa hidup lebih damai," ujar Gus Dur.

Dalam bangsa yang majemuk seperti ini, lanjut Gus Dur, seharusnya pendidikan dipahami dalam arti luas, tak terbatas kepada pendidikan formal. Forum- forum keagamaan, seperti pengajian dan kongregasi, harus juga diakui sebagai sebuah pendidikan masyarakat. "Dengan cara itu, agama tak hanya menjadi hiasan, tetapi juga menjadi cara hidup," tuturnya.

Di tengah perlunya penghormatan terhadap kemajemukan itu, ada kecenderungan pejabat negeri ini berupaya memperbesar peran negara terhadap agama. Pejabat seperti ini, menurut Gus Dur, tak mengerti Undang-Undang Dasar. "Salah satunya pejabat yang menyatakan pondok pesantren perlu diawasi. Ini namanya diskriminasi. Kalau untuk mencari teroris, mengapa hanya pesantren yang diawasi. Ini upaya mencari popularitas murahan," ucap Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa itu.

Forkhagama yang merupakan forum lintas agama itu rencananya dalam waktu dekat juga akan mendirikan laboratorium agama dalam bentuk pesantren multiagama di Kecamatan Mijen, Semarang.

Menurut Ketua Forkhagama KH Nuril Arifin, dalam pesantren seluas enam hektar itu, kelak akan ada tempat bagi santri Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Konghucu, dan Hindu.

Next Story : Dialog Antar-Agama RI-AS Bahas Empat Isu

Terpopuler

Headlines Hari ini