Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Jihad Bisa Jadi Landasan Bangun Kerukunan Beragama


Posted: Aug. 14, 2004 03:24:37 WIB

Istilah "jihad" yang sering dikaitkan dengan aksi kekerasan sehingga menimbulkan kesalah-pahaman, ternyata sebenarnya memiliki makna yang positif baik menurut ajaran agama Islam maupun Kristen, sehingga justru dapat menjadi landasan untuk membangun kerukungan hidup beragama di Indonesia.

Hal tersebut terungkap dalam seminar bertema "Jihad dan Etos Kerja" yang diselenggarakan Konsulat Jenderal RI New York, yang menghadirkan tokoh-tokoh Islam dan Kristen di New York, Jumat.

Ketua Institut Teologi Kalimatulah Jakarta, Pendeta Joseas L. Lengkong yang menjadi pembicara tamu dalam seminar tersebut mengatakan bahwa sebenarnya istilah jihad bukan monopoli agama Islam.

"Dalam Alkitab versi bahasa Arab juga banyak ditemukan istilah jihad," kata Joseas.

Jihad dalam Alkitab, katanya, lebih bermakna kepada konsep semangat kerja, pengabdian yang sungguh-sungguh, usaha keras, dan kerajinan.

Semangat jihad, katanya, justru bisa menjadi landasan untuk membangun kerukunan dan persaudaraan dalam negara yang masyarakatnya majemuk seperti di Indonesia.

Pendeta Lengkong berpendapat bahwa kalangan umat Kristen maupun Islam dapat membentuk sudah wadah yang bisa disebut sebagai "Persatuan Mujahiddin Nusantara". "Tugas dari persatuan tersebut antara lain menggalang semangat jihad untuk memberantas tindak korupsi yang telah mewabah di Indonesia," kata Pendeta yang fasih berbahasa Arab dan membaca Al Qur'an tersebut.

Di pihak Islam, M. Shamsi Ali dari Pusat Kebudayaan Islam New York, dalam makalahnya juga merujuk pada sejumlah ayat dalam Al Qur'an dan hadist Nabi yang menyebutkan istilah jihad.

Makna kata-kata "jihad" dalam Al Qur'an, kata Shami Ali, lebih pada aspek spiritual dan bukan pada aspek tindakan fisik.

"Secara etimologi, jika jihad diterjemahkan sebagai perang suci itu tidak sesuai dan tidak ada rujukannya dalam Al Quran," kata sarjana bidang perbandingan agama dari Universitas Internasional Islamabad Pakistan tersebut.

Imam pada Masjid Islamic Cultural Center New York tersebut juga menceritakan sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW dan pemimpin Islam masa lalu yang dalam membuat perjanjian selalu menekankan pentingnya menjaga kesucian rumah-rumah ibadah agama lain.

Sementara itu Konsul Jenderal RI untuk New York Kristio Wahyono mengatakan bahwa seminar lintas agama tersebut merupakan bagian dari usaha warga Indonesia di luar negeri untuk memberi sumbangan pemikiran bagi kerukunan hidup beragama di Tanah Air.

"Dialog antara pemeluk agama ini bukan sebagai ajang perdebatan, tapi untuk menumbuhkan budaya saling mengenal, memahami, dan menghormati dalam perbedaan-perbedaan," kata Kristio.

Seminar itu sendiri dihadiri puluhan masyarakat Indonesia di New York, yang juga berasal dari berbagai kalangan, suku dan agama. (Ant/O-2)

MIOL

Next Story : Paus Kirimkan Doa Belasungkawa untuk Gus Dur

Terpopuler

Headlines Hari ini