Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Jutaan Umat Kristiani di Seluruh Dunia Berdoa di Minggu Pentekosta


Posted: May. 17, 2005 23:23:24 WIB
jutaan-umat-kristiani-di-seluruh-dunia-berdoa-di-minggu-pentekosta

Ribuan umat Kristiani berkumpul di Ketagelan Boulevard di depan Kantor Kepresidenan pada tanggal 15 Mei 2005 dalam Global Day of Prayer. (Foto Taipei Times/ George Tsorng)

jutaan-umat-kristiani-di-seluruh-dunia-berdoa-di-minggu-pentekosta

Judy Mbugua dari Nairobi, Kenya dan Graham Power, pencetus Global Prayer Day menyatukan tangan dalam sebuah doa untuk transformasi di Afrika di stadion Newlands. (Foto: Mark Wessels/ Cape Times)

jutaan-umat-kristiani-di-seluruh-dunia-berdoa-di-minggu-pentekosta

Bendera Merah Putih raksasa dibentangkan pada acara National Conference di Jakarta pada tanggal 5 Mei 2005 yang dihadiri ratusan ribu umat Kristiani. (Foto: Nofem Dini/ KP)

Sekitar 200 juta orang dari 150 negara bersatu dalam doa untuk mentransformasi dunia untuk meminta kuasa Roh Kudus pada tanggal 15 Mei yang ditetapkan sebagai Hari Doa Global (Global Day of Prayer).

Visi dari Global Day of Prayer berasal dari Cape Town, Afrika Selatan pada tahun 2000 dimulai sebagai Hari Pertobatan dan Doa yang menarik sekitar 45.000 umat Kristiani dengan cita-cita untuk berubah menjadi “Terang dunia”.

Mengikuti kesuksesannya, visi itu berkembang ke seluruh dunia. The International Prayer Council dan banyak kelompok-kelompok doa di seluruh dunia lainnya membentuk kerjasama dalam tujuan untuk membuat Global Day of Prayer nyata pada Minggu Pentekosta 2005.

Minggu Pentekosta menandai masa advent dari Roh Kudus 50 hari setelah kebangkitan Kristus. Itu adalah hari dimana Kristiani bersatu dalam doa intensif untuk mencari kekuatan dari yang diatas, sama seperti Gereja mula-mula yang dicatat di Kisah Para Rasul.

Pada hari Minggu, di Stadion Newlands Rugby di Cape Town, rumah dari Global Day of Prayer, lebih dari 30.000 umat Kristiani berkumpul untuk berdoa, bertobat, hening, bernyanyi dan mendengarkan kotbah pada sore harinya. Event itu diadakan oleh Transformation Africa dengan tema "mendeklarasikan penyembuhan Kristus kepada bangsa-bangsa". Stadion itu merupakan salah satu dari 391 lokasi, termasuk 202 penjara di Afrika Selatan, yang mengadakan acara doa itu.

Graham Power, seorang pebisnis Afrika di industri konstruksi dan pencetus inisiatif doa itu mengatakan kepada koran lokal - Independent Online, "Jika anda mengatakan tujuh tahun lalu bahwa saya akan mengorganisir sebuah kebangkitan spiritual penting, saya tidak akan percaya kepada anda. Jika Tuhan tidak mengambil saya dan menggoncang saya, kita tidak akan pernah mendapatkan orang-orang di 156 negara berkomitmen."

Ia menambahkan, doa-doa di Cape Town berfokus pada AIDS, kemiskinan, kejahatan dan korupsi, dan nilai-nilai keluarga.

Di Indonesia yang juga mengambil bagian dalam Global Day of Prayer, ratusan ribu umat Kristiani berkumpul untuk berdoa kepada Tuhan untuk mentransformasi bangsa dalam rohani, sosial, politik dan ekonomi dalam National Prayer Conference (NPC) pada tanggal 5 Mei 2005 yang lalu.

Wartawan dari Mission Network News (MNN) yang berpusat dari Amerika Serikat turut melaporkan acara, “Hampir 100.000 orang telah berkumpul disini dan acara ini disiarkan di seluruh negeri. Dan, mengingat Indonesia mempunyai populasi Muslim terbesar. Malam tadi benar-benar sebuah peristiwa bersejarah."

Di Amerika Serikat, Pastor Rick Warren dari Purpose Driven Ministries, berbicara kepada ribuan orang di Dallas, Texas, mengirimkan orang-orang untuk mentransformasi pertama kali di kota-kota tempat mereka tinggal, kemudian ke luar negeri.

Di Hong Kong, Wartawan MNN Dean Rainey mengatakan, 30.000 orang menghadiri acara itu di sebuah stadion. Jumah itu merupakan 30 persen dari populasi Kristiani. Pada satu momen, mereka berdoa untuk Cina dan bagi orang-orang percaya yang menderita dibawah pemerintahan Komunis.

Menurut Taiwan Times, sekitar 50.000 umat Kristiani di Taiwan berkumpul di bawah tema "Berdoa untuk Taiwan". Walaupun cuaca hujan, mereka terus berdoa di Ketagelan Boulevard dengan menaikkan daun-daun palem dan bendera.

Xia Chong-jian, direktur eksekutif dari Taiwan National Prayer Network dan salah seorang panitia acara itu mengatakan, "Ini adalah untuk pertama kalinya umat Kristiani di Taiwan berjalan keluar gereja-gereja dan memanggil Tuhan untuk meminta belas kasih atas Taiwan dan memperbaharui bangsa ini melalui kedamaian dan rekonsiliasi. "

Next Story : Syahrul Yasin Limpo: GMKI Harus Pertahankan Karakter Kristiani

Terpopuler

Headlines Hari ini