Penghasilan Ayah dan Ibu Deux-Anges tidak lebih dari Rp 200-300 ribu setiap bulannya yang diperoleh dengan berjualan barang-barang kecil seperti sabun dan gula di pinggiran jalan Goma, sebelah timur Republik Demokratis Kongo.
Tinggal di perkampungan kumuh yang paling miskin di ibu kota propinsi, Ndoole Bamyere tidak dapat menanggung beban apabila ada seorang dari keempat orang anaknya jatuh sakit.
Oleh karena itu, Deux-Anges makin lemah ketika mengalami demam tinggi Jumat itu, Ndoole menungguinya sampai suhu badannya makin tinggi dan membahayakannya sebelum kemudian dibawa ke pusat pengobatan lokal.
Hari Malaria Sedunia
Ketika kami menetapkan 25 April sebagai Hari Malaria Sedunia, dunia diingatkan kembali bahwa hanya tersisa waktu dua tahun lagi sebelum sampai pada tahun 2010 untuk dapat memenuhi target guna memberikan perlindungan dan pengobatan efektif kepada semua orang di dunia terhadap resiko penyakit Malaria.
Malaria adalah penyakit yang paling banyak mematikan di negara Republik Demokratis Kongo. Satu dari lima anak tidak dapat merayakan ulangtahun mereka yang kelima akibat penyakit ini.
Deux-Anges yang berusia lima tahun, saat ini tengah duduk tegak di tempat tidur dan tampak wajahnya berseri setelah dia menerima pengobatan dengan kina melalui infus –yang mana perawatan tersebut telah membuat ibunya menghabiskan pendapatan bulanan keluarga mereka.
“Banyak keluarga tidak dapat mencegah penyakit malaria disebabkan karena kemiskinan,” ujar seorang dokter di sebuah pusat Pengobatan, “Lalu mereka menunda untuk datang berobat karena mereka tidak mampu membayar.
“Dalam beberapa kasus, penundaan pengobatan dapat berakibat fatal,” tukasnya.
Hampir sepertiga pasien yang datang ke pusat kesehatan ini bulan lalu mengaku menderita malaria. Antara Januari dan Maret, 300 orang anak dirawat karena penyakitnya dapat berakibat fatal.
Mahalnya Biaya
Infeksi malaria dapat diobati dengan obat anti malaria, tetapi biaya pengobatannya mahal. Cairan kina dan biaya konsultasi dokter yang harus dikeluarkan oleh keluarga Deux-Anges sebesar $25.
Sedangkan pengobatan lainnya yang lebih efektif biasanya terlalu mahal bagi rata-rata penduduk Kongo.
Ndoole saat ini hanya memiliki lima dolar untuk membayar biaya pengobatan di pusat pengobatan. “Jika saya bawa semua uang itu sekarang,” ujarnya, “kami tidak dapat makan atau menyimpan sepeser pun.”
Pusat pengobatan membolehkannya membayar dengan mencicil, seperti yang dilakukan sebelumnya saat Deux-Anges sakit. Ibunya memberi tahu saya bahwa dia sering terserang malaria. Tahun ini, dia telah tiga kali mendapat pengobatan.
Bantuan World Vision
World Vision telah bekerjasama dengan pusat pengobatan sejak terjadi kekacauan kerusuhan yang hebat di sebelah timur Republik Demokratis Kongo pada Oktober tahun lalu. Ketika puluhan ribu orang yang tergusur melarikan diri ke Goma untuk berlindung, rumah sakit di kota merasakan dampak dari perang tersebut. Guna merespon situasi tersebut, World Vision memberikan obat-obatan kepada empat buah pusat pengobatan dan rumah sakit, sehingga lebih dari 10.000 orang korban perang dapat menerima pengobatan gratis.
Jumlah orang yang mendapat bantuan asuransi jiwa di pusat pengobatan saat ini bertambah tiga bahkan empat kali lipat, dimana orang yang sangat miskin dan yang tidak mampu membayar biaya pengobatan juga dapat memperoleh hak mereka.
Agen bantuan tersebut juga menyediakan kina, paracetamol untuk menurunkan deman, pengobatan bagi yang mengalami kekuarangan cairan tubuh dan obat pencegah malaria bagi wanita hamil.
Saat ini, pasokan persedian tersebut telah menipis, keluarga-keluarga miskin sekali lagi harus mengumpulkan sedikit demi sedikit uang mereka untuk dapat membeli obat.
Solusi Lanjutan
Deux-Anges dan keluarganya memerlukan pemecahan lebih lanjut untuk dapat mengatasi biaya pengobatan yang tinggi untuk penyakit endemik tersebut. Mereka memerlukan pencegahan dan pengobatan yang dapat mereka peroleh secara gratis, tanpa membayar.
Melalui pemerintah, agen-agen bantuan dan lewat kampanye dianggap sebagai cara jitu untuk menanggulangi penyakit ini, dan diperkirakan dapat memenuhi target global yang diharapkan, jika kemiskinan terus berlanjut, itu berarti keluarga dan anak-anak seperti Deux-Anges harus berjuang untuk memperoleh perawatan kesehatan yang paling dasar.
Semakin mudah upaya pencegahan dilakukan, maka pengobatan juga dapat dengan mudah dilakukan. Hal tersebut sekaligus juga merupakan seruan mendesak bagi aksi yang akan dilakukan minggu depan.
World Vision merupakan sebuah organisasi kemanusiaan Kristiani yang mendedikasikan pelayanannya kepada anak-anak, keluarga, dan komunitas-komunitas mereka di seluruh dunia untuk mendapatkan potensi yang mereka miliki sepenuhnya melalui menanggulangi penyebab dari kemiskinan dan ketidakadilan.
Buku terbaru Paus Benediktus XVI mengenai kehidupan Kristus mengawali debutnya sebagai buku terlaris koran New York Times. Yesus dari