Seorang gadis Palestina berada di di samping api kecil dengan air mendidih untuk merebus kentang di antara puing-puing bangunan dekat rumahnya yang hancur di timur Jebaliya, utara Jalur Gaza, Rabu, Jan. 28, 2009. (Foto: AP / Anja Niedringhaus)
World Vision mengirimkan lebih dari 1.100 paket bantuan kepada keluarga-keluarga di Gaza yang masih bergumul dengan ketiadaan kesehatan dasar yang diakibatkan oleh konflik yang terjadi baru-baru ini antara Hamas dan Israel.
Pendistribusian bantuan tersebut dilakukan pada Rabu setelah kedatangan pertama kalinya agen bantuan tersebut pada akhir pekan lalu sejak pemboman terjadi pada 27 Desember lalu.
Masing-masing paket bantuan tersebut berisi beberapa lilin dan makanan yang cukup untuk memberi makan keluarga selama sebulan, disertai sehelai brosur bergambar yang tercetak dalam bahasa Arab yang memperingatkan para keluarga tentang bahayanya artileri yang tidak meledak.
Bantuan tersebut diberikan untuk memberikan dukungan kepada sekitar 9.000 orang di selatan Gaza Rafah di mana mereka tengah mendapat penanganan dari staf World Vision lokal. Organisasi tersebut juga berencana untuk mengirimkan bantuan kepada 9000 orang lainnya di utara Gaza minggu ini.
World Vision mengatakan kerusakan yang tersebar luas pada prasarana dan gedung telah mengakibatkan penduduk di Gaza membutuhkan bantuan segera berupa makanan, selimut dan lilin.
“Kami juga menjumpai begitu banyak keluarga-keluarga yang kondisinya memprihatinkan”yang butuh bantuan segera, kami juga menyerukan untuk pulihnya kondisi keluarga di seluruh Gaza –yang lebih mendesak adalah untuk terbukanya batas-batas penyeberangan secara penuh untuk dapat masuknya kiriman bantuan kemanusiaan dan tenaga spesialis,”ujar Charles Clayton, Direktur Nasional World Vision di Yerusalem.
World Vision juga telah membantu lebih dari 3.000 orang dalam bentuk makanan pada beberapa akhir minggu lalu sejak terjadinya situasi darurat di Gaza. Pengiriman 5.000 helai selimut akan tiba minggu ini, yang akan diikuti dengan bantuan kesehatan.
Studi yang dilakukan oleh World Vision menyatakan tepat sebelum konflik terakhir dilaporkan tentang tingginya tingkat trauma pada anak-anak di Gaza, dengan lebih dari 16 persen anaka-anak antara umur lima dan 15 tahun menderita karena sering mengalami mimpi buruk dan hampir 13 persen pada usia yang sama mengompol yang disebabkan oleh rasa gelisah.
Kepala Bantuan World Vision Inggris, Ian Gray, mengatakan bahwa dampak yang terjadi pada anak makin memburuk selama konflik terakhir.
“Dalam laporan pendahuluan dari staf kami di Gaza telah menyiratkan banyaknya anak-anak yang sangat menderita akibat kejadian masa lalu yang terjadi beberapa minggu lalu; dimana mereka menyaksikan kekerasan yang sangat menyeramkan,menyaksikan orangtua mereka tewas, kehilangan rumah mereka, terpisah dari keluarga dan terputusnya akses ke institusi sosial yang penting seperti sekolah,” jelas Gray.
World Vision juga akan memberikan bantuan kepada anak-anak yang menderita dengan mendirikan tempat-tempat bermain bagi anak-anak baik di sebelah utara dan selatan Gaza, dimana mereka dapat bermain dengan anak lain dan memulai proses untuk mengatasi trauma yang mereka alami.
“Tempat-tempat bermain anak-anak merupakan suatu langkah yang penting dalam proses normalisasi bagi ratusan anak-anak di Gaza, sebagai salah satu usaha kami untuk mencoba membantu mengurangi kerusakan jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh konflik yang baru-baru ini terjadi,”ungkap Gray.
Buku terbaru Paus Benediktus XVI mengenai kehidupan Kristus mengawali debutnya sebagai buku terlaris koran New York Times. Yesus dari