Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Bahas Kebangkitan Agama, 100 Pakar Kumpul di UGM

Yohanes K.
Reporter Kristiani Pos

Posted: Jan. 08, 2011 14:03:46 WIB
bahas-kebangkitan-agama-100-pakar-kumpul-di-ugm

Yogyakarta - Setidaknya 100 pakar dari berbagai negara bertemu di Kampus Universitas Gajah Mada, mulai hari ini, Kamis 6 Januari 2011. Mereka mengelar Konferensi yang membahas Kebangkitan Agama di Asia Tenggara.

" Sub tema besarnya adalah agama dan kekuasaan. Agama dan toleransi, serta agama dan lingkungan" kata Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS-Yogya) Siti Syamsiyatun di Gedung Pasca Sarjana UGM.

Konferensi itu, kata Siti lagi, akan menghasilkan penelitian agama di lima negara yakni Indonesia, Singapura, Thailand, Mayalasia, dan Filipina. Penelitian yang melibatkan 40 peneliti dari berbagai negara ini akan berlangsung selama dua tahun.

40 peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, terdiri dari 25 pakar dari Asia Tenggara, 15 di antaranya dari Indonesia, serta 15 orang dari Belanda, Amerika, Australia. Menurut Siti, penelitian akan memakan waktu dua tahun dengan sponsor Georgetown University, ICRS, Boston University, Prince Alwadeed bin Talal Center for Muslim –Christian Understanding (ACMCU), Institut on Culture, Religion, and World Affairs (ICRWA).

Meski ada sponsornya, kata Siti, mereka tetap berhak menentukan sejauh mana materi penelitian akan dilakukan. “Kalau mereka tidak mau memenuhi keinginan kami, ya ditolak, kami mencari sponsor lain,” katanya.

Ketua Sterring Comitte Bernard Adeney Risakotta mengatakan para peneliti ingin melihat seberapa penting agama berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan politik dalam 15 tahun terakhir di Asia Tenggara. “Apa yang positif negatif terhadap perubahan sosial dan politik di antara agama dan kehidupan masyarakat,” katanya.

Dengan mengetahui perubahan tersebut maka mereka bisa memberikan masukan kepada pemangku kebijakan mengenai apa yang berbahaya dan apa yang keliru dalam sebuah negara. “Sehingga kita bisa memberi masukan bila ada kebijakan yang keliru berdasarkan hasil penelitian yang dihasilkan,” ujarnya. Dari hasil konferensi itu sendiri akan lahir dua buku yang akan digandakan di seluruh dunia.

UGM dipilih sebagai tempat konferensi lantaran Yogyakarta dinilai relatif aman dan damai dalam kehidupan beragama. Di Yogyakarta pula, menurut Siti tempat banyak orang belajar keberagaman serta menjadi pusat pembelajaran bagi berbagai agama di dunia. Ini terlihat dari sisa peninggalan seperti Candi Prambanan milik agama Hindu, Candi Borobudur milik agama Budha.

Adapun menurut Robert Hefner, peserta konferensi, dipilihnya UGM sebagai tempat konferensi membuktikan bahwa ICRS menjadi institusi yang diakui oleh negara lain sebagai pusat studi agama dan kemajemukan.

Sumber : tempointeraktif.com

Next Story : Jemaat GKI Taman Yasmin Kembali Kebaktian di Jalan

Terpopuler

Headlines Hari ini