Umat Kristiani Pakistan berdoa dalam kebaktian Paskah di sebuah gereja di lingkungan Kristiani di Islamabad, Pakistan, Minggu, 4 April 2010. Umat Kristiani Pakistan berjumlah sekitar 3,8 juta dari 140 juta orang Pakistan. (Foto: AP Photo / Muhammed Muheisen)
Tujuh puluh lima persen dari penganiayaan agama di dunia tertuju pada umat Kristiani, klaim sebuah laporan terbaru salah satu organisasi Katolik Inggris.
Setelah meneliti 33 negara, cabang Inggris organisasi Aid to the Church in Need melaporkan bahwa sebagian besar penganiayaan itu terjadi di Timur Tengah, Afrika dan Asia dalam laporan tahun 2011nya - "Teraniaya dan Terlupa? Sebuah laporan tentang orang Kristiani yang tertindas karena iman mereka."
Selain tersangka biasa - Cina, Iran, Korea Utara, dan Arab Saudi, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa negara-negara seperti Venezuela, Zimbabwe dan bahkan Tanah Suci bersalah atas penganiayaan agama. Laporan ini juga menemukan bahwa orang Kristiani menghadapi peningkatan penganiayaan di 22 negara dimana Mesir, Irak, Nigeria, dan Pakistan di antara negara terburuk untuk ditinggali orang percaya. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa saat ini 100 juta orang Kristiani di seluruh dunia sedang menghadapi penganiayaan.
"Proporsi negara yang memiliki catatan memburuknya kekerasan anti-Kristen dan intimidasi akan lebih tinggi jika bukan karena fakta bahwa dalam banyak kasus situasi bisa lebih buruk pada awal terjadi kasus-kasus tersebut," kata laporan itu.
Selain penganiayaan dari ekstremis Islam, laporan tersebut juga menyoroti bahwa orang Kristiani ditekan dengan meningkatnya nasionalisme di negara-negara seperti Burma, India, dan Sri Lanka. Ada juga ancaman meningkatnya ekstremisme Islam di Afrika Utara dan sebagian Asia. Sementara itu, ada beberapa negara komunis dan ateis menekan hak-hak agama minoritas.
"Ekstrimis semakin menghubungkan umat Kristiani setempat di negara mereka dengan dunia Barat," jelas John Pontifex, juru bicara untuk Aid to the Church in Need. "Karena dalam banyak kasus mereka tidak dapat menyerang negara-negara Barat secara langsung, banyak ekstrimis mengalihkan api mereka pada orang-orang Kristiani setempat."
Minggu ini, Ann Widdecombe, seorang politikus Inggris terkenal, diangkat sebagai utusan khusus untuk kebebasan beragama Aid to the Church in Need.
Widdecombe, seorang Katolik, mengatakan pada hari Kamis bahwa ia "semakin khawatir" oleh laporan kekerasan dan intimidasi terhadap umat Kristiani. Dia juga menyoroti inkonsistensi upaya pemerintah Inggris dalam melindungi hak-hak minoritas agama di dalam negeri dan kecenderungan menutup mata terhadap penganiayaan orang Kristiani di luar negeri.
"Ini saatnya untuk menjulurkan kepala kita ke atas tembok pembatas dan berbicara atas nama orang Kristiani yang menderita karena iman mereka," katanya. "Saya senang mendukung pekerjaan Aid to the Church in Need, yang melakukan pekerjaan yang sangat baik untuk membantu orang-orang Kristen teraniaya."
Kardinal Inggris Keith O'Brien dari Edinburgh baru-baru ini menggambarkan penganiayaan orang Kristen "bisa dibilang merupakan skandal hak asasi manusia terbesar di generasi kita."
Partisipasi Gereja dalam Pembangunan Daerah Tertinggal DAERAH TERTINGGAL, 7 TAHUN KEMUDIAN I. Semiloka Makassar Tujuh Tahun