Lemari Panas-Dingin Jecky
Thursday, Sep. 2, 2004 Posted: 1:35:14PM PST
KULKAS sebagai pendingin. Itu biasa. Kulkas dua pintu. Itu pun sudah umum. Kalau kulkas dua fungsi, sebagai pembuat es sekaligus memanaskan sayur, ini terbilang baru. Di sini, kulkas dwifungsi itu dipasarkan awal tahun lalu. Padahal, tahu nggak, ide pembuatan lemari es hot and cool itu muncul lebih 15 tahun lalu dari seorang mahasiswa Politeknik Manufacturing Swiss ITB.
Namanya M. Yusuf Ariszalopa --teman-teman di kampus memanggilnya Jecky. Percobaan menciptakan kulkas hot and cool, menurut Jecky yang kini berusia 35 tahun, dimulai pada 1988, saat ia masih kuliah di kawasan Dago Utara, Bandung, tersebut. Namun idenya sendiri, aku Jecky, datang beberapa tahun sebelumnya.
Niatnya membuat lemari es dwifungsi tergerak saat ia menerima pelajaran ilmu pengetahuan alam di bangku sekolah menengah umum. Ketika membahas termodinamika, khususnya tentang heat transfer, guru fisikanya, kata Jecky, mengambil contoh tentang air conditioner (AC). Dia tahu dari gurunya, di negara empat musim, AC sengaja dibikin dua fungsi. Bila musim panas tiba, berguna untuk menyejukkan ruangan, dan saat musim dingin menjadi mesin pemanas.
Demikian juga saat menjelaskan kulkas. Lemari es sebenarnya juga ada dua sisi tadi, yakni dingin dan panas. Cuma, kulkas yang ada baru memanfaatkan sisi dinginnya. "Suatu saat nanti, sisi panas lemari es akan digunakan juga," kata Jecky, mengenang perkataan gurunya. Ide itu terus merasuk ke benaknya. Hingga ia kuliah di Jurusan Mesin Politeknik ITB.
Pada semester I, 15 Desember 1988, Jecky mengikuti praktikum mengenai sistem refrigasi. Ketika itu, ia membawa beberapa potong roti yang diletakkan di dalam sebuah wadah aluminium dari rumah. Suhu di dalam wadah itu sama dengan suhu kamar, yakni antara 27 hingga 29 derajat selcius. Jecky membungkus wadah berbahan aluminium itu dalam sebuah tas kain hitam. Ia kemudian meletakkan tas itu di depan kondensor. "Roti-rotinya jadi hangat," kata Jecky kepada Ida Ri'aeni dari Gatra.
Berbekal hasil praktek itu, ia makin berminat menciptakan kulkas yang bisa juga berfungsi sebagai pemanas. Apalagi, sarana di kampus cukup menunjang. Ia memulai eksperimennya dengan lemari es rusak. Setelah diperbaiki supaya bisa "nyala" lagi, kulkas itu diberinya komponen pelat aluminium yang dilekatkan pada bagian atas pipa kondensor kulkas. Maka, jadilah lemari es panas-dingin. Itu terjadi pada 1989.
Begitu berhasil dengan eksperimennya, Jecky mulai usaha kecil-kecilan modifikasi kulkas. Kebanyakan pelanggan adalah kenalan, tetangga, ataupun keluarganya sendiri. Jecky memasang tarif Rp 800.000 untuk modifikasi kulkas menjadi dwifungsi.
Lama setelah lulus kuliah, Jecky baru punya kesadaran untuk mendaftarkan temuannya ke Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Itu baru pada Februari 2002. "Saya telat mendaftar karena tak tahu," kata pria kelahiran Palangkaraya, Kalimantan Tengah, ini. Departemen Kehakiman pun memeriksa secara substansial, termasuk pengecekan ke kantor paten di negara lain. Hingga kini, Jecky belum mengantongi paten atas temuannya.
Sembari menanti paten, ia menjajakan temuannya ke beberapa pabrik kulkas. Ada yang memanggil dia untuk mendiskusikan temuannya, namun kandas karena Jecky masih dalam tahap mematenkan temuannya. Ada pula yang tak menggubrisnya sama sekali.
Betapa kagetnya Jecky ketika sebuah perusahaan elektronik dalam negeri mengumumkan produk baru kulkas panas-dingin pada Maret 2003. Apalagi setelah ia melihat sendiri kulkas dwifungsi itu. "Wah, kok mirip betul dengan temuan saya," katanya. Ia tambah sewot ketika Museum Rekor Indonesia (Muri) mencatat lemari tadi sebagai kulkas panas-dingin pertama di Indonesia. Penghargaan dari lembaga pimpinan Jaya Suprana itu diserahkan pada 16 Maret 2003. Andai saja Muri melihat ke rumah beberapa pelanggan Jecky, mungkin kulkas panas-dingin itu sudah dicatatkan sejak 15 tahun silam.
Jecky tak terima. Ia pun menggugat. Tapi gugatan itu tak dilayangkan ke pengadilan, melainkan ke media massa. Perundingan pun akhirnya digelar untuk mencari titik temu. Namun ujungnya tak juga tampak. Ia kecapekan sendiri berseteru dengan pabrikan itu. "Saya off saja, masalah tak dilanjutkan," katanya.
Toh, Jecky tak berhenti berkarya. Puluhan karya baru dia ciptakan. Berdasar pengalaman "kecolongan" tadi, ia kini lebih awal mendaftarkan temuan lainnya ke pengelola paten di Indonesia. Ia kini menunggu puluhan karyanya yang sedang diuji substansinya di Departemen Kehakiman.
Beberapa temuannya sudah dipublikasikan di media massa. Misalnya listrik yang memanfaatkan arus lalu lintas, penyaring knalpot, dan katup penghemat air. Tujuan menyebarluaskan di media massa itu, kata Jecky, agar tak diserobot orang atau perusahaan yang kebetulan menemukan hal yang sama. Sehingga Jecky tak perlu mengulang kasus lemari yang membuatnya panas-dingin itu.
gatra>
|