HOME Society Nation
: : VIEW PAGE

Keterwakilan Kelompok Protestan di MRP Masih Tarik Menarik

Monday, Sep. 26, 2005 Posted: 3:28:53PM PST

Keterwakilan kelompok Protestan dalam Majelis Rakyat Papua (MRP) masih terjadi tarik menarik. Persoalannya, mereka hanya akan mengisi beberapa kursi dari 14 kursi yang dipersiapkan untuk para tokoh-tokoh agama dalam MRP, sementara kelompok Kristen Protestan sendiri memiliki banyak gereja. Sedangkan keterwakilan tokoh agama Katolik dan Islam sedikit lebih mudah karena mereka wilayahnya jelas dan tinggal mengirim wakilnya.

Hal itu dikatakan Gubernur Papua JP Solossa kepada wartawan di gedung Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Jakarta, Jumat (23/9) setelah menghadiri rapat koordinasi gubernur se-Indonesia.

"Sekarang yang berat bagi kita yaitu yang Protestan. Karena terdiri dari banyak gereja. Ini yang masih tarik menarik. Kalau Katolik dan Islam tidak masalah karena bisa mengutus wakilnya dan wilayahnya sudah jelas," kata Solossa.

Dia menegaskan, jatah kursi untuk para tokoh agama di Papua dalam MRP nanti ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah pemeluk masing-masing agama. Tetapi yang dihitung hanyalah agama-agama yang dianut oleh masyarakat asli Papua. Dan hanya ada tiga agama yang dianut masyarakat agama yaitu Kristen Protestan, Katolik, dan Islam. Dari tiga agama itu yang paling banyak dianut masyarakat asli Papua adalah Protestan, menyusul Katolik dan Islam sedikit. Sehingga keterwakilan mereka di MRP berdasarkan jumlah orang Papua Asli yang memeluk ketiga agama itu. Jadi masyarakat pendatang yang memeluk ketiga agama itu tidak dihitung.

"Soal berapa kursi untuk Protestan, berapa untuk Katolik, dan berapa untuk Islam, itu masih dilakukan. Berapa orang asli Papua yang memeluk agama Protestan, berapa orang asli Papua yang memeluk agama Katolik dan berapa orang asli Papua yang memeluk agama Islam. Islam itu kan hanya ada di Kepala Burung, Raja Ampat, Sorong Selatan, Bintuni (Teluk Bintuni), Fak-Fak, dan Kaimanan kemudian juga ada di Wamena beberapa," jelas JP Solossa.

Terkait dengan itu Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Depdagri Sudarsono Hardsoekarto secara terpisah menginformasikan, keterwakilan tokoh-tokoh agama di Papua dalam MRP itu sedang dicarikan format terbaiknya. Ada format sembilan kursi untuk kelompok Protestan, tiga untuk Katolik dan dua kursi untuk Islam. Tetapi format lain, tujuh kursi di MRP untuk Protestan, empat untuk Katolik dan tiga kursi untuk Islam.

Sementara ketika ditanya lebih lanjut soal penolakan para tokoh agama untuk duduk dalam MRP, JP Solossa mengatakan bahwa penolakan itu tidak masuk akal. Karena keterwakilan tokoh-tokoh agama dalam MRP juga berdasarkan usulan tokoh agama itu sendiri dan disetujui banyak pihak.

Terkait dengan pembentukan MRP itu secara keseluruhan, JP Solossa tetap yakin bahwa MRP itu dapat sudah dapat dilantik pada 10 Oktober mendatang. Meskipun hingga saat ini, jelasnya, baru sampai pada tahap pembentukan panitia pelaksana di kabupaten-kabupaten.

Mekanisme pemilihan anggota MRP itu dimulai dari tingkat kampung. Masing-masing kampung mengutus wakilnya ke distrik. Di tingkat distrik ini para wakil dari kampung-kampung ini mengadakan musyawarah mufakat memilih wakil-wakil mereka dari unsur adat dan perempuan untuk dibawa ke kabupaten.
>


Nofem Dini
dini@christianpost.co.id