HOME Society Right
: : VIEW PAGE

Mahasiswa UKI Masih Koma Akibat Dipukuli Tramtib

Sutiyoso Menyatakan Bersedia Bantu Pengobatan

Friday, Jun. 3, 2005 Posted: 12:22:37PM PST


Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, Victor Djami, yang menjadi salah satu korban bentrokan antara petugas Ketentraman dan Ketertiban Jakarta Timur dan pedagang kaki lima di kawasan Cawang, Jakarta Timur, yang dibantu mahasiswa pada 17 Mei lalu, hingga kini masih terbaring koma akibat dipukuli oleh aparat Tramtib.

Dalam jumpa pers yang digelar di RS UKI 2 Juni 2005, Sekretaris Umum Ikatan Alumni UKI Johnson Panjaitan, dan wakil mahasiswa UKI Doni meminta Gubernur DKI dan Walikota Jaktim membiayai perawatan Viktor, karena jika ia bisa sembuh dipastikan akan mengalami cacat tetap dan tidak bisa mencari nafkah.

Akibat pukulan yang bertubi-tubi di bagian kepalanya saat terjadi bentrokan di dalam kampus, Victor mengalami pendarahan otak, kepala bagian depan remuk, dan tulang tengkorak atas harus diangkat dengan harapan hidup tidak lebih dari 20 persen. Hariantje Djami, ibu Victor, mengatakan kepada Kompas, "Andaipun dia hidup, kami sudah diberi tahu bahwa Victor akan menderita cacat permanen. Dokter bilangnya vegetasi.”

"Kalau anak saya salah, seharusnya ditangkap saja. Jangan dikeroyok sampai tidak sadarkan diri seperti sekarang ini. Saya minta supaya pelakunya dituntut dan pemerintah mau membantu biaya pengobatan anak saya," katanya.

Tuntutan mahasiswa dan alumni UKI itu kemudian membuahkan hasil. Meski Walikota Jaktim Koesnan A. Halim belum memberikan tanggapan, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menyatakan siap membantu pengobatan Viktor Djami.

"Tidak masalah untuk pengobatan kami siap bantu," tegas Sutiyoso kepada Detik.com mengenai tuntutan tersebut pada hari Kamis, 2 Juni 2005.

Prihatin atas nasib Viktor, mahasiswa dan Ikatan Alumni UKI hari ini menuntut pertanggungjawaban Gubernur DKI Sutiyoso dan Walikota Jaktim Koesnan A. Halim.

Kejadian yang menimpa Djami berawal saat ratusan aparat Tramtib dari Pemkot Jaktim membongkar paksa warung-warung milik pedagang kaki lima di sekitar kampus UKI pada tanggal 17 Mei lalu.

Mahasiswa UKI memprotes tindakan itu dan berbaur bersama pedagang untuk mencoba menghentikan aksi pembongkaran ini. Akibatnya bentrokan antara massa pedagang yang berbaur dengan mahasiswa melawan aparat Tramtib tidak terhindarkan.

Mahasiswa dan pedagang kemudian mundur ke dalam kampus. Aparat Tramtib, yang bersenjatakan pentungan, memburu mahasiswa dan pedagang ke dalam dalam kampus.

Pada saat itu Viktor, yang menjadi anggota korps sukarelawan, melihat seorang pedagang yang tergeletak terkena batu dan berusaha menyelamatkannya. Namun sebelum Viktor menghampiri korban, ia tertangkap dan langsung dipukuli bertubi-tubi dengan pentungan yang mengenai kepala, badan dan kaki. Tempurung kepalanya remuk karena dipukuli dengan batu besar.

Sementara itu, Sutiyoso menjelaskan, penertiban PKL di depan Kampus UKI itu sebetulnya bukan inisiatif Pemda DKI, tapi atas permintaan pihak kampus UKI sendiri. "Kita disuruh menertibkan kaki lima. Itu permintaan dari kampus," tegas Sutiyoso.

Tetapi permintaan pihak kampus tidak sejalan dengan pandangan mahasiswa. Upaya penertiban yang dilakukan pada 17 Mei 2005 tersebut justru membuat mahasiswa berang dan membantu PKL menghadapi ratusan Tramtib Jaktim.

Keluarga Victor Djami pun telah melaporkan penganiayaan ini ke Polda Metro Jaya dan meminta polisi segera mengusut tuntas peristiwa tersebut serta menyeret para pelaku ke pengadilan. Mereka juga mengharapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan ganti rugi pengobatan dan santunan cacat seumur hidup.


>


Sandra Pasaribu
sandra@christianpost.co.id