Nias Diguncang Gempa Susulan, Daerah-daerah di Sumut Mengalami Goncangan
Eksodus terjadi di Nias, namun Badan Meteorologi dan Geofisika mengatakan gempa susulan sudah semakin rendah intensitasnya dan masyarakat tidak perlu khawatir lagi.
Tuesday, Apr. 5, 2005 Posted: 12:22:58PM PST
Gempa-gempa susulan masih terus terjadi di sekitar wilayah perairan Nias. Pada Minggu sekitar pukul 10.15 WIB telah terjadi gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter. Akibatnya warga berlarian ke luar rumah karena panik.
Goncangan kuat yang dirasakan warga Gunung Sitoli membuat mereka keluar dari rumah mencari tempat yang dirasa lebih aman.
Selama beberapa saat warga terlihat berkerumun di tempat terbuka, namun setelah tidak tampak adanya gejala gempa yang lebih kuat warga mulai memberanikan diri kembali ke rumah masing-masing.
Sementara itu, gempa yang mengejutkan warga Sibolga juga membuat mereka panik dan bergegas meninggalkan gedung karena khawatir tertimpa bangunan yang mungkin runtuh.
SCTV melaporkan pada hari Minggu terjadi 2 kali gempa susulan di sekitar Nias. Pertama pada pukul 08.00 WIB dengan kekuatan 6,1 Skala Richter dan kedua pukul 10.15 dengan kekuatan 6,3 Skala Richter.
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mencatat telah terjadi sebanyak 459 kali gempa susulan di Nias, Sumatera Utara, pascagempa berkekuatan 8,7 pada skala Richter pada hari Senin (28/3) malam lalu.
Dari Gunung Sitoli, Senin malam, dilaporkan, dari 459 kali gempa susulan yang telah terjadi, 84 kali diantaranya dapat dirasakan getarannya secara langsung oleh manusia.
Kekuatan gempa susulan bervariasi antara 4 sampai 6,5 SR. Menurut Koordinator Tim Survey BMG Wilayah I Sumbagut, Riswar K, intensitas gempa susulan menunjukkan terjadinya getaran yang semakin berkurang sejak hari pertama.
"Jadi intensitasnya sudah semakin berkurang sampai hari ini, sehingga tidak akan menimbulkan gelombang tsunami," katanya.
Karenanya ia mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tidak keluar pulau untuk meninggalkan Nias. "Gempa susulan sudah semakin rendah intensitasnya dan masyarakat tidak perlu terlalu khawatir lagi," ujarnya.
Sementara itu, untuk pertama kalinya pasca gempa yang memporakporandakan Pulau Nias, kebanyakan umat Kristiani di Kota Gunungsitoli terpaksa melaksanakan ibadah di luar/halaman gereja karena bangunan gereja rusak.
Di Gereja Katolik St Maria Gunungsitoli misa yang dipimpin Pastor Mikhael diikuti oleh umat Katolik dengan khidmat. Dalam khotbahnya Pastor Mikhael memesankan agar apa yang menimpa masyarakat Nias dihadapi dengan tabah, dan percaya akan pertolongan Tuhan.
Harian SIB melaporkan, para pengungsi korban gempa di Kabupaten Nias terpaksa mengais-ngais bahan makanan dari reruntuhan bangunan yang menjual bahan pangan ataupun toko kelontong, karena sudah kelaparan dan kehausan.
Wakil Bupati Nias Agus H Mendrofa yang dimintai komentarnya mengenai masih banyaknya para pengungsi di kecamatan-kecamatan termasuk di Kota Gunungsitoli yang belum mendapatkan bantuan bahan makanan dari pemerintah, mengatakan, pihaknya sudah menugaskan para Camat untuk menangani pengungsi di daerahnya masing-masing.
Adanya pengungsi dari kecamatan-kecamatan yang datang ke Kota Gunungsitoli untuk mendapatkan bantuan bahan makanan, ia mengatakan hal itu perlu diteliti kebenarannya.
“Jika benar para pengungsi dari kecamatan-kecamatan itu khusus datang ke Kota Gunungsitoli karena tidak mendapatkan bantuan, kita akan tanyakan kepada para Camat, dan bila ternyata para Camat tidak benar-benar serius menangani pengungsi di daerahnya, sesuai petunjuk Gubsu dalam Rapat Satlak, akan dilakukan tindakan yang tegas terhadap Camat bersangkutan,” tegas Agus H Mendrofa.
Sedangkan umat Kristiani Jemaat HKBP Gunungsitoli melaksanakan ibadah di bawah tenda darurat Posko HKBP di Jalan Soekarno dipimpin langsung Pendeta Resort HKBP Gunungsitoli Pdt LA Samosir.
Pdt LA Samosir juga mengajak jemaat HKBP Gunungsitoli untuk tidak menafsirkan macam-macam atas musibah gempa yang terjadi di Nias dan tetap percaya akan keselamatan dan pertolongan di dalam Tuhan Yesus.
Pada intinya seluruh misa dan kebaktian umat Kristiani mendoakan musibah bencana gempa yang melanda Pulau Nias, dan meminta kepada Tuhan agar tetap memberikan perlindungan serta keselamatan bagi masyarakat di Pulau Nias.
Aksi eksodus masyarakat Nias ke Sibolga dan Medan serta daerah lainnya masih terus berlangsung. Umumnya mereka mengaku trauma dengan peristiwa gempa, serta adanya isu Nias akan tenggelam, maupun tidak adanya perhatian pemerintah menolong para pengungsi, khususnya di desa-desa di luar kecamatan Gunungsitoli.
Karena gempa itu, hingga hari Minggu banyak terjadi eksodus atau pergi keluarnya warga Nias, terutama dari Gunung Sitoli dari Nias. Warga Gunung Sitoli berkumpul dalam jumlah besar di Pelabuhan Gunung Sitoli untuk mendapatkan tempat di kapal-kapal penumpang yang tengah bersandar.
Hingga kini masih banyak warga masih khawatir akan kemungkinan terjadinya gempa susulan yang lebih besar atau bahkan terjadinya tsunami.
Gempa juga kembali mengguncang Pulau Samosir pada hari Sabtu malam (2/4) sekira pukul 20.00 Wib dan 21.00 Wib dan Minggu pagi (3/4) sekitar pukul 10.00 Wib. Namun getarannya tidak seperti gempa pada 28 Maret lalu. Sebab warga di Kecamatan Simanindo, sama sekali tidak merasakan gempa seperti yang terjadi di Kecamatan Nainggolan, Palipi dan Pangururan.
Di Nainggolan, akibat gempa yang terasa cukup kuat itu, banyak penduduk yang meninggalkan rumahnya mengungsi menjauh dari sekitar pantai. Hal yang sama juga terjadi di Pangururan, warga berhamburan menuju daerah perbukitan menjauh dari daerah pantai.
Menurut data terakhir tercatat lebih dari 500 jenazah yang ditemukan untuk daerah Nias dan Nias Selatan bahkan masih banyak jenazah lagi yang masih akan ditemukan karena masih banyak yang tampaknya tertimbun dibawah reruntuhan puing-puing gedung yang roboh akibat gempa.
>
Nofem Dini
dini@christianpost.co.id
|