HOME Europe United Kingdom
: : VIEW PAGE

Dewan Konsultatif Anglikan Mengeluarkan Gereja AS & Kanada Selama 3 Tahun

Penjelasan gereja AS & Kanada mengenai homoseksualitas di pertemuan Dewan Anglikan dijawab oleh voting yang menolak homoseksualitas

Friday, Jun. 24, 2005 Posted: 2:28:23PM PST

Komuni Anglikan mengafirmasi kembali pada hari Rabu bahwa mereka mengeluarkan gereja-gereja AS dan Kanada dari tubuh pembuat keputusan utama selama tiga tahun, yang disebabkan pembelaan gereja-gereja Amerika itu atas sikap mereka yang pro-homoseksual.

Keputusan tanggal 21 Juni di Nottingham, Inggris itu dibuat setelah sebuah voting tertutup, yang mengafirmasi kembali permintaan Dewan Konsultatif Anglikan (Anglican Consultative Council-ACC) pada bulan Februari lalu yang meminta Gereja Episkopal (AS) dan Gereja Anglikan Kanada “secara sukarela mundur” dari ACC, termasuk mundur dari Komite Keuangan dan Administrasi Antar Anglikan sampai tahun 2008.

Voting itu juga menegakkan kembali sebuah resolusi tahun 1998 yang “menolak praktek homoseksual yang tidak sesuai dengan Kitab Suci” yang juga termasuk menentang perkawinan sesama jenis dan mentahbiskan mereka yang mempraktekkan homoseksual.

Voting tersebut diadakan setelah para perwakilan dari Amerika memberikan penjelasan dalam sebuah pendengaran kepada para anggota Dewan, termasuk pemimpin Anglikan sedunia Uskup Agung Canterbury Rev Dr. Rowan Williams. Sebelumnya, pada hari Rabu telah diadakan pertemuan ACC yang dipenuhi dengan ketegangan dan kegelisahan, dimana 10 perwakilan dari Gereja Episkopal AS (ECUSA) dan Gereja Anglikan Kanada memberikan presentasi mengenai sikap liberal mereka menghadapi homoseksualitas, kepada anggota-anggota Dewan dari 50 negara.

Gereja Episkopal AS merilis sebuah dokumen 130 halaman yang berjudul “Untuk Menaruh Harapan Kami pada Kristus: Sebuah Respon atas Undangan dari Laporan Windsor Paragraf 135". Dokumen itu disiapkan oleh sebuah grup yang terdiri atas tujuh teolog dan satu sejarawan.

Laporan yang didahului prakata dari pemimpin Anglikan AS Uskup Frank Griswold itu menyatakan, Gereja Episkopal telah berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengenai homoseksualitas selama hampir 40 tahun, akan tetapi dokumen itu bertujuan untuk mengacu pada sebuah pertanyaan yang lebih fundamental; mengenai kekudusan dan iman dalam hubungan manusia.

Dokumen itu berargumentasi bahwa “anggota Gereja Episkopal telah melihat kekudusan dalam hubungan sesama jenis dan telah mendukung pemberkatan untuk persatuan seperti itu dan pentahbisan atau mengabdikan orang yang berada dalam persatuan seperti itu."

Uskup Griswold menjelaskan dalam prakatanya, “…sebuah mayoritas dari perwakilan gereja yang lebih besar – para uskup, imam dan orang biasa – merasa telah dibimbing oleh Roh Kudus, yang didapatkan dalam terang doa dan ketajaman untuk mengijinkan pemilihan dan pentahbisan (homoseksual),” walaupun Gereja tidak mempunyai pikiran yang sama mengenai isu tersebut.

"Dokumen ini adalah sebuah penjelasan bagaimana tindakan ini dapat diambil orang beriman yang membuatnya sebagai sebuah kasus yang positif…itu tidak berusaha untuk memberikan semua sisi perdebatan atau mencontoh suatu debat," tambahnya.

"Kami percaya bahwa Tuhan telah membuka mata kami pada tindakan-tindakan Tuhan yang tidak kami ketahui atau lihat sebelumnya," dokumen itu menuliskan.

Enam wakil Amerika satu-persatu memberikan opini pribadi mereka mengenai homoseksualitas. Banyak yang mengklaim bahwa ada kekudusan dan iman di tengah-tengah hubungan sesama jenis.

Namun Uskup Charles Jenkins dari Louisiana adalah satu-satunya dari perwakilan AS yang menentang pentahbisan Uskup Gene Robinson, mengatakan ia merasa bahwa Gereja telah “membuat sebuah keputusan yang salah” dalam menunjuk seorang uskup yang jelas-jelas gay. Tapi ia mengatakan bahwa ia mempercayai dan menghormati keputusan Uskup Griswold. Ia juga meminta agar Anglikan tetap bersatu.

Sementara itu, empat anggota tim dari Gereja Anglikan Kanada tampaknya lebih bersifat berdamai. Gereja itu menekankan bahwa mereka masih berada “di tengah sebuah percakapan” mengenai isu pemberkatan perkawinan sesama jenis dan mengafirmasi bahwa gereja itu berkomitmen untuk mempertahankan keanggotaannya di Komuni Anglikan.

“Pesan kunci” yang mereka presentasikan ke ACC dituangkan dalam sebuah dokumen yang berjudul “Percakapan di dalam Gereja Kanada”.

"Kami mengalami di propinsi kami banyak perpisahan-perpisahan mendalam yang dialami oleh Komuni, dan percaya bahwa adalah mungkin bertumbuh dalam pengertian kita bersama hanya saat ketidaksetujuan kita tidak mematahkan komuni kita dengan satu sama lain,” dokumen itu menyatakan.

Sebuah surat dari Uskup Agung Andrew Hutchison, pemimpin Anglikan Kanada, mengekspresikan penyesalan bahwa tindakan Gereja Kanada telah menimbulkan persoalan di dalam Komuni.

“Kami tidak selalu berkonsultasi dengan saudara dan saudari kami di seluruh Komuni Anglikan dan kami sangat menyesal bahwa ikatan kebersamaan kita telah menjadi renggang,” tulis Uskup Hutchison.

Salah satu wakil dari Kanada, Rev. Stephen Andrews, presiden dari Thorneloe University dan seorang anggota komisi teologi keuskupan, yang mendeskripsikan dirinya sendiri "cenderung ke konservatif," mempresentasikan sebuah pandangan liberal yang menyatakan bahwa teks Biblikal tidak mengkontemplasi komitmen hubungan gay. Ia meminta adanya sebuah dialog yang berkelanjutan dan memperingatkan bahwa membalikkan pikiran tradisional Gereja – bahwa hubungan seksual adalah saleh hanya di dalam konteks perkawinan antara seorang wanita dan pria – “sulit diterima atau dibela.”

Setelah voting itu, Rev. Frank Griswold, menyatakan bahwa harus ada ruangan untuk “perbedaan.”

"Sangat mudah membicarakan homoseksualitas sebagai sebuah isu dan melupakan bahwa kita berbicara mengenai orang. Kita harus mempunyai kapasitas untuk hidup dengan perbedaan,” katanya menurut Guardian Unlimited.

Griswold juga menyatakan bahwa voting tertutup itu “menyatakan adanya sebuah pemisahan antara keanggotaan ACC.”

Sementara Gereja Episkopal Amerika dan Gereja Anglikan Kanada percaya bahwa praktek homoseksualitas dan pemberkatan perkawinan sesama jenis harus dapat diterima di dalam gereja, yang lain, seperti gereja-gereja Anglikan di Afrika telah mengekspresikan oposisi mereka di denominasi.

Peter Akinola, Uskup Agung Nigeria, yang vokal menentang homoseksualitas, tidak menyetujui usaha gereja-gereja Amerika yang membela tindakan mereka.

"Ini bertambah buruk. Mereka hanya berusaha membenarkan pertentangan mereka," katanya.

Pertemuan ACC saat ini masih berjalan di University of Nottingham, dan akan berlanjut sampai 28 Juni.
>


Sandra Pasaribu
sandra@christianpost.co.id