HOME Editorial Columnists
: : VIEW PAGE

TRANSFORMASI janganlah STAGFORMASI

Oleh: Bagus Pramono

Tuesday, Mar. 1, 2005 Posted: 5:47:33AM PST



…….Iman tanpa perbuatan adalah mati, Yakobus 2:26


‘TRANSFORMASI’ menjadi kata yang begitu popular di kalangan Kristiani. Walaupun saya memandang positif setiap acara yang dikemas dengan tema itu, tetapi ada banyak hal yang harus kita nilai dengan bijaksana sehingga pengertian kata “transformasi” tidak hanya menjadi “jargon” belaka dan sekedar acara kumpul-kumpul doa, mengundang pembicara kondang, sewa stadion, nyanyi-nyanyi, dan dilanjutkan dengan acara doa, lalu pulang. Optimisme terhadap “perubahan” memang baik, in fact, kita mempunyai Allah yang Maha Kuasa, Dia Allah yang mampu mengubah!. Jaringan Doa Nasional yang menjadi fasilitator Gerakan Doa Transformasi Kota di Indonesia, beberapa hamba Tuhan pada tahun 2000 mendapat nubuat bahwa pada tahun 2005, 50% penduduk Indonesia akan menjadi Kristen. Nah sekarang kita sedang menginjak tahun 2005, untuk hal tersebut kita jadi dibuat bingung apasih yang dimaksud dengan “harapan” dan apa yang dimaksud dengan “nubuat”?. Indonesia akan dimenangkan bagi Tuhan! puji Tuhan!. Itu harapan kita semua.

Pada tanggal 2 September 2002 di Istora Senayan Jakarta, Rev. Cindy Jacobs kembali menubuatkan : Indonesia akan dimenangkan; Domba akan menjadi mayoritas; Indonesia akan mempunyai pemimpin Kristen; Terjadi revival di Pulau Bangka; Pemerintah Indonesia akan dimenangkan bagi Kristus; Tuhan akan membangkitkan pengusaha-pengusaha Kristen, menjadi sangat-sangat kaya. Karena Tuhan membutuhkan banyak gereja, gedung pertemuan, sekolah-sekolah, prasarana; Indonesia akan memiliki sekolah Kristen di setiap pelosok, dst. Kemudian Nubuat serupa diulangi lagi pada Pada acara National Prayer Conference (NPC) 12-16 Mei 2003. Selebihnya bisa kita baca di :
http://www.fire-ministry.org/modules.php?name=News&file=article&sid=7

Umat Kristen adalah umat yang suka berdoa, berdoa supaya diberkati, supaya sehat, supaya sukses, berdoa untuk keluarga, berdoa untuk pacar, berdoa untuk masa depan, dll. Tetapi berapa banyak yang suka berdoa untuk bangsa dan negara?. “Booming Transformasi” terjadi sejak 3 tahun lalu dalam kemasan “National Prayer Conference” dan akan kembali digelar selama 50 hari mulai bulan April 2005, di 500 kota di Indonesia. Acara tersebut akan berpuncak pada 050505 (Triple Five/ 5 Mei ‘05). Kegiatan-kegiatan ini sungguh indah, dan memiliki nilai luhur karena kita memang perlu berdoa bagi bangsa, negara dan lingkungan kita, tetapi tentu saja kita tidak boleh melihatnya secara ‘gampang’ karena untuk memenangkan Indonesia, anak-anak Tuhan tidak boleh berkutat di rumahnya sendiri saja dan tidak melihat ‘keluar’ dan mencermati keadaan yang terjadi di sekitar kita. Menyedihkan sekali bahwa banyak umat Kristen masa kini hanya cenderung menjadikan gereja sebagai pelarian untuk menghindari tantangan itu. Sebagian besar dari kita hanya mementingkan hal-hal surgawi dan melupakan tanggung jawab kita di bumi. Doa penting tetapi Action juga penting : “ora let labora”. Memang ada tertulis ”TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Kel 14:14), tetapi ada juga Firman yang menulis ”Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat 10:16), Artinya, Tuhan memberi tugas kepada kita untuk menjadi cerdik dan arif ditengah dunia yang jahat/bahaya untuk menjadi terangNya secara aktif dan bukan diam saja.


TRANSFORMASI DI SEKITAR KITA

Tanpa gembar-gembor TRANSFORMASI, kalangan Half Brother kita sudah lebih dulu melakukan transformasi di Indonesia ini. Marak muncul cendekiawan-cendekiawan dan menduduki pos penting di Universitas Negeri, Rumah Sakit Negeri; Pos-pos penting pemerintah dikuasai ICMI, itu contoh dari hasil transformasi. Undang-Undang yang sifatnya sektarian mulus diluluskan di Parlemen, itu juga salah satu contoh dari hasil transformasi. Sudah saatnya kita juga perlu membaca-baca media tidak hanya Kompas/ Suara Pembaharuan saja, tetapi tapi cobalah baca-baca Republika, Sabili, dst. Supaya kita tidak terlalu kaget dengan apa-apa yang sudah mereka kerjakan. Saat kita masih teriak-teriak transformasi, doa transformasi, dan masih dalam kebingungan terhadap konsep transformasi itu sendiri, mereka sudah melangkah jauh kedepan.

Al Zaitun di Indramayu, Jabar : Pesantren paling kolosal, paling besar, dan paling modern di dunia, Al Hikam di Malang, dll. Institusi Pendidikan dibangun diatas lahan 150 hektar, apapun disana, sawah, peternakan, lab-lab, sampai teropong bintang juga ada. Sekolah Kristen yang paling bagus di Indonesia tidak ada yg menandingi kelengkapan mereka. Bahkan Pesantrennya ABB di Ngruki pun juga ber-innovative dengan mendatangkan guru-guru dari China, untuk mengajar santri-santri mereka belajar bahasa Mandarin yang sekarang nge-trend. Pesantren-pesantren lain juga sedang dan sudah dimoderenisasi. Mereka sangat aktif dalam gerakan untuk menciptakan good civil society yang dikenal dengan “Masyarakat Madani”. Istilah Madani berasal dari kata Medina, artinya membangun komunitas/masyarakat yang sesuai “Muhammad’s seventh-century city-state of Medina”. Jika anda pergi ke kantor-kantor pemerintah, atau kemanapun sekarang ini, anda akan menemui banyak sekali kaum perempuan berkerudung, gaya berpakaian yang menjadi trend ini, juga hasil dari transformasi :)

Zaman Gus Dur menjadi Presiden dan baru-barunya Partai PKB berdiri, kita mengenal sederetan nama-nama politisi muda; Ali Maskur Musa, Kofifah Indar Parawangsa, Muhaimin Iskandar, Saifullah Yusuf, Effendy Choirie, dll. Tampang-tampang mereka ini seperti orang-orang biasa, tidak istimewa, tapi begitu mereka membuka mulut dan bersuara, wow! they are really something!. Mereka ini orang-orang yang terdidik, berwawasan dan terbiasa bicara dalam suatu sidang. Dan ternyata benar, mereka ini memang sudah dididik seniornya untuk menjadi seorang pemimpin. Mereka sudah dilatih dan dipersiapkan : bagaimana memimpin sidang, bagaimana menutup sidang, bagaimana berbicara di forum, bagaimana menggagalkan sebuah sidang (walaupun sidang itu sudah dibuka) dan mereka dididik dengan pengetahuan politik dan wawasan kebangsaan. Inilah bedanya, ketika pemuda-pemudi kita asyik ”ber-franky sihombingan”, jingkrak-jingkrak di acara-acara music rohani. Kalangan mereka sedang sibuk menggodok pemudanya menjadi pemimpin masa depan. Sosok Hidayat Nur Wahid (HNW) yang berumur 40-an itu sudah menjadi ketua MPR, Lembaga tertinggi Negara ini, itu adalah salah satu dari hasil transformasi. Kemudian, lihat saja bagaimana HNW ini mengkader yuniornya, beliau adalah orang yang berkomitmen, menaruh dirinya sebagai pribadi ‘percontohan’ dari kebersahajaannya.

Para senior mereka mau menjadi Sufi, dana mereka dipakai untuk LITBANG, membangun pesantren yang bagus-bagus, dan... kaderisasi! Hazim Muzhadi, Seorang Kyai, Pemimpin NU, berbicara dan berpenampilan sangat sederhana, Pemimpin Pesantren Al-Hikam ini adalah salah satu transformator, dimana para santri-nya sudah berkiprah dalam masyarakat dan dalam perpolitikan Indonesia. Sosok AA Gym juga merupakan figur transformator, menyajikan Islam dalam kemasan sejuk, manis dan intelek, dari pengajaran-pengajarannya kita bisa menyimak bahwa beliau rajin membaca buku-buku karya John Maxwell dan Dale Carnagie.

Sekolah Muslim, Rumah Sakit Muslim, Komunitas Cendekiawan Muslim, Politikus Muslim, Parpol Muslim, Finance Institutions/ Bank Muslim (Syariah), dll. semakin berkibar menjadi bagian penting yang turut menentukan laju kehidupan di negara ini. Kehidupan ibadah para selebriti dieksploitasi besar-besaran apalagi para mualaf-nya. Pengajaran Kyai Kondang marak dikemas dengan cara yang menarik, bahkan merekapun mulai banyak memproduksi lagu-lagu rohani, buku-buku rohani, game-game komputer bernuansa Islami tetapi menarik dan gaul. Transformasi mereka ini sudah ke segala arah (multidimensional), hukum dan undang-undang pun sudah ditransformasi. Kejadian yang patut kita catat dalam bencana Tsunami di NAD dan sekitarnya, Bulan Desember 2004 lalu, salah satunya adalah pernyataan Wapres Jusuf Kalla yang menyatakan "anak-anak Atjeh hanya boleh diadopsi oleh orang-orang yang seagama". Sebagian besar kalangan non-Muslim menganggap ucapan beliau ‘tidak pantas dan bernuansa SARA’. Ternyata Wapres tidak asal bicara, karena pernyataannya berdasarkan hukum/UU No 23 Tahun 2002 yang mengatur hal-ikhwal adopsi anak, yang berlaku dan sudah disahkan. Pertanyaannya, berapa banyak kalangan kita yang “tahu” perihal UU baru ini?.

Dari situ, kita bisa melihat salah satu hebatnya kiprah-kiprah Politisi Muslim di Parlemen, mereka sudah membuat batasan-batasan, perlindungan agar seorang jangan menjadi murtad. Indonesia negara Hukum, setiap warga-negara harus tunduk pada hukum yang berlaku. Jadi apapun Produk HUKUM dari DPR yang sudah disahkan harus ditaati seluruh rakyat. Sedangkan komunitas Kristen kita ini "buta" dan "tidak aware" akan urusan-urusan kemaslahatan. Bahkan kita sendiri tidak tahu ternyata "sudah ada banyak" undang-undang semacam itu pasca Reformasi yang sudah disahkan, belum lagi Undang-undang yang lain dan macam-macam RUU yang sedang akan disahkan. Masalahnya DPR tidak pernah sosialisai UU yang akan dan sudah disahkan mereka, inilah repotnya. Sedangkan Politisi Kristen yg ada disana juga tidak pernah secara transparan menunjukkan, ini lho ada UU baru dan sifatnya sektarian. Well, mungkin mereka ada di dunianya sendiri.

Sedangkan kita yang rakyat biasa ini pikirannya tetep santai dengan anggapan, Indonesia Pancasialis jadi tidak pantas ada Undang-undang Sektarian, Tetapi kenyataannya "sudah ada banyak", bukan? Bahkan akan banyak ada lagi produk-produk Undang-undang baru. Mungkin Sudah waktunya kita semua, para pendeta dan hamba Tuhan tidak hanya memikirkan sisi Teologis yang vertikal dan berada dalam komunitas horizontal yang sempit (dalam komunitas Kristen sendiri). Tetapi harus memikirkan urusan-urusan kemaslahatan secara luas, dalam Alkitab kita banyak mencatat bagaimana nabi-nabi Allah juga aktif dalam mengurus masalah-masalah kemaslahatan orang banyak. Walaupun Hamba Tuhan itu bukanlah seorang politisi, komunitas kita ini harus awas terhadap keadaan sekitar, mulai tanggap terhadap semua gerak-gerik perpolitikan negeri ini.

Urusan IPTEK, kalangan mereka juga mengeksplorasi secara besar-besaran sumber-sumber ilmu dari Barat dan dari berbagai sumber, saya mempunyai beberapa buku/literatur kristiani yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Muslim “Mizan-Bandung”. Mereka merekrut banyak ilmuwan untuk “transfer ilmu”, kabarnya Prof. Yohanes Surya sudah diminta untuk menjadi salah-satu “pakar” di salah satu institusi yang mereka punya. Inilah bukti betapa mereka “hunger” akan pembaharuan dan perbaikan. Beberapa puluh tahun lalu, kalangan Kristiani dikenal sebagai masyarakat intelektual, dari sinilah umat Muslim berusaha keras untuk mengejar, membuat komunitasnya maju, menyamai dan bahkan melebihi, dan saat-saat ini makin terbukti. Dulu ada anggapan, kalau sekolah di Madarasah itu tidak maju, tetapi sekarang sebagian besar sudah maju. Selanjutnya sekarang ini, anda bisa membanding-bandingkan apa yang dilakukan PIKI, ISKA, FKKI dengan apa yang sudah dicapai ICMI. Bandingkan pula apa yang dilakukan CSIS dengan apa yang sudah dicapai oleh CIDES. Hati-hati lho, kita bisa tertinggal jauh, mereka telah melakukan transformasi pendidikan dan intelektual.

Sementara TRANSFORMASI yang didengungkan komunitas Kristen ini cuma jargon belaka, hanya sebatas “sebuah acara di stadion” terus udahan. Ibarat sebuah acara komedi dan sarana menghibur diri, atau mungkin lebih tepat "katak dalam tempurung" tidak tahu dunia luar. Proyek percontohan yang biasanya dipresentasikan di KKR/gereja : Transformasi di Uganda & Fiji, misalnya, ternyata juga "blew up berita saja" dan rekayasa data. Memang Tuhan Yesus sering melakukan mujizat dengan cara yang ajaib, air menjadi anggur, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, dll. Demikian juga yang terjadi sekarang, tentang mujizat kesembuhan dan lain-lain, memang keajaiban-keajaiban itu masih ada, Roh Kudus berkuasa sama duhulu, sekarang dan nanti, tetapi tidak semua kejadian itu harus dengan cara supranatural. Cara Yesus mengubah Petrus dan murid-murid lainnya adalah melalui proses, cara Yesus mengubah Paulus juga melalui proses. Demikian juga dengan Transformasi. TRANSFORMASI tidak boleh diartikan suatu perubahan radikal dari negeri porak-poranda kemudian secara revolusioner berubah menjadi negeri Antah-Berantah yang bebas problem (Eutopia). Transformasi bukan perubahan yang bersifat supranatural, ibarat perubahan besi menjadi emas, emas menjadi berlian. Tetapi transformasi adalah suatu proses, yang laju-prosesnya sangat bergantung pada action dan reaction dari orang-orangnya.

Boleh-boleh saja kita berpikiran positif dan mengimani akan ada Transformasi Indonesia, tapi kita dan para Hamba-hamba Tuhan perlu mentransformasi diri sendiri dulu, sikap, mental dan wawasan, karena mereka adalah leaders yang kata-katanya didengar dan diikuti oleh jemaatnya. TRANSFORMASI hanya bisa dimulai dimulai ketika setiap orang berkomitmen melakukan perubahan dalam hidupnya. Mohon maaf jika saya berbicara keras dan menyinggung, ada hal-hal yang pingin saya tanyakan kepada panitia penyelenggara; apakah puncak acara pada Triple Five nanti bukannya hanya sebuah perayaan terhadap ”nubuat-nubuat yang gagal” yang sudah direlease tahun 2003 yang lalu, apakah para hamba Tuhan itu akan diundang kembali?. Ataukah acara ini hanya sekedar peringatan transformasi, dan pemenuhan jadwal yang sudah diset-up beberapa tahun sebelumnya? Hanya acara rutinkah?. Setiap kita harus mempertanggung-jawabkan apa yang kita ucapkan, apalagi ketika kita berbicara atas nama Tuhan. Ada banyak tulisan-tulisan yang kritis terhadap acara-acara yang dikemas dengan tema transformasi oleh Bp. Herlianto misalnya, hendaknya tulisan-tulisan beliau tidak dianggap sebagai sesuatu yang “memusuhi” atau bertentangan, kita perlu otokritik!


TRANSFORMASI-STAGFORMASI

Program TRANSFORMASI harus dilanjutkan dengan program lanjutan seperti yang dibicarakan, pembaharuan, kegiatan nyata pelatihan-pelatihan dan sebagainya. Sehingga benar-benar tercipta transformasi fisik, transformasi moral dan rohaniah. Menjadi orang yang bisa mengubah dan mau diubah dalam action nyata, kemudian dari perubahan moral dan skill itu akan menciptakan perbaikan, itulah misi dari Transformasi. Kata TRANSFORMASI jangan menjadi jargon kosong seperti halnya istilah REFORMASI. Pasca lengser-nya Bapak Suharto kata “reformasi” sangat booming seperti halnya kata transformasi di kalangan kita lima tahun terakhir ini, bukan?. Janganlah kata transformasi yang kita dengung-dengungkan hanya sekedar “asal berubah, asal lain atau asal beda” seperti halnya kata “reformasi”. Kata transformasi harus benar-benar diwujudkan terhadap suatu perubahan dari tidak baik menjadi lebih baik.

Apabila Transformasi ini tidak diwujudkan, dimana misinya selesai berbarengan dengan acara puncak pada Triple Five nanti. Walaupun TRANSFORMASI itu dikemas dengan sangat spektakuler baik dalam kemasan acara dan publisitasnya, maka transformasi ini akan berhenti/stagnan, dimana hingar-bingarnya istilah itu tidak akan mampu mewujudkan perubahan dan sekedar retorika kosong. Janganlah kegiatan-kegiatan transformasi itu menimbulkan stagnasi iman, atau sekedar acara verbal, parisisme, angin surga, dan launching nubuat-nubuat baru (yang belum tentu tergenapi), maka yang terjadi adalah Stagformasi, bukan Transformasi. Dan ini tentu bertentangan dengan Firman Allah :

Yakobus 2:22,26
2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.



MENJADI TRANSFORMATOR

Perwujudan transformasi selalu dimulai dan diprakarsai oleh seorang atau sekelompok orang yang mempunyai karakteristik memimpin, mendobrak dan mengubah. Jika komunitas Kristen ingin melakukan transformasi, maka kita perlu leaders dan orang-orang yang patut menjadi contoh dan menjadi pendorong terhadap terjadinya proses transformasi. Sebenarnya sudah ada acuan yang sudah diluncurkan dalam ide-ide transformasi, yaitu lima indikator yang harus ditunjukkan oleh seorang Leaders/Transformator adalah kemampuannya untuk mentransformasi visi, nilai-nilai, ide, pengetahuan dan aksi. Jika saja lima indikator itu bisa diwujudkan, maka obsesi kita terhadap Transformasi di Indonesia ini akan bisa diwujudkan sesuai yang dicita-citakan.

Figur transformator juga harus memiliki kemampuan dan wawasan ilmu dan iman, karena iman saja tidak cukup. Paulus dipilih Yesus menjadi salah satu transformator, disamping mempunyai karakter “kolerik”, seorang mantan pendosa itu dipilih karena kemampuan pengetahuan-nya dan keberanian-nya. Dan ini tidak berarti seorang biasa tidak boleh menjadi transformator, tetapi untuk menjadikan cita-cita transfomasi terwujud dengan efektif, maka kita perlu transformator-transformator yang ber-inner directed yang mampu memberikan pengaruh dan spirit bagi orang banyak.

Deng Xiaoping dan Zu Rongji adalah transformator, sehingga China masa kini menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia. Seorang transformator harus mempunyai integritas, ucapan dan tindakannya selaras. Zu Rongji terkenal dengan julukan “Judge Bao” adalah seorang yang benar-benar berintegritas terhadap ucapannya dan tindakannya dalam program anti korupsi yang dicanangkannya.

Gandhi adalah seorang transformator, ada harga yang harus dibayar untuk membuat orang menurut arahannya. Gandhi adalah sosok manusia yang beritegritas, rakyat India melihat bukti apa yang dia ucapkan dan apa yang dia lakukan. Gandhi adalah orang besar yang bisa saja menjadi kaya-raya tetapi dia tidak mempergunakannya. Gaya hidupnya selaras atas ajarannya tentang Ahimsa dan Swadesi. Dia memakai pakaian dari kain dan benang yang dipintalnya sendiri dan itu menjadi simbol bagi orang banyak untuk membangkitkan rasa nasionalismenya. Perjuangan dengan cara demikian membawa Rakyat India kepada kemerdekaan, dan transformasi itu terjadi.

Contoh figur-figur diatas masing-masing punya Strong Character yang mampu untuk mempengaruhi pola-pikir orang banyak, karakter leaders demikian yang kita perlukan. Sementara strong character yang kebanyakan dimiliki leaders kita hanya di "borju" nya saja. Maka kita, terutama para Hamba Tuhan, jangan harap Indonesia akan ter-transformasi dari budaya anti-malu terhadap korupsi, jika leaders kita ini masih banyak yang maruk duit. Jangan harap akan ada transformasi moral jika leaders kita tidak memberikan contoh moral yang baik. Jangan harap Indonesia ini akan ter-transformasi dari sikap-sikap primordialisme sempit kepada sikap persaudaraan, jika setiap denominasi dan bahkan gereja-gereja bertikai dan terpecah-belah, setiap hari muncul gereja baru yang didirikan untuk “tandingan” gereja induk dan pembelotan terhadap gembala.

Kita dan para Hamba Tuhan, janganlah pula bicara atas nama Tuhan, jika ucapannya itu tidak benar-benar dari Tuhan, janganlah bernubuat atas nama Tuhan dan dengan PD menyebut “certain time” Tuhan akan “doing something” jika akhirnya nubuatan itu meleset. Kita perlu transformator-transformator yang mempunyai integritas terhadap segala ucapannya dan perbuatannya, yang tidak punya penyakit “amnesia” atau pura-pura lupa terhadap nubuat yang pernah direlease dan tidak ada relevansinya. Cukuplah sudah nubuat-nubuat yang kita terima, dalam 2 Petrus 1:21 sangat jelas menyatakan bahwa nubuat berasal dari Tuhan, "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah". Allah kita berintegritas, Dia tidak akan pernah berkontradiksi dengan diriNya Sendiri.


Selanjutnya saya kutipkan bacaan menarik sbb :

MENGUBAH DUNIA DENGAN MENGUBAH DIRIKU.

Sufi Bayazid bercerita tentang dirinya seperti berikut ini: 'Waktu masih muda, aku ini revolusioner dan aku selalu berdoa: Tuhan, berilah aku kekuatan untuk mengubah dunia!'

'Ketika aku sudah separuh baya dan sadar bahwa setengah hidupku sudah lewat tanpa mengubah satu orang pun, aku mengubah doaku menjadi: 'Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah semua orang yang berhubungan denganku: keluarga dan kawan-kawanku, dan aku akan merasa puas.'

Sekarang ketika aku sudah menjadi tua dan saat kematianku sudah dekat, aku mulai melihat betapa bodohnya aku. Doaku satu-satunya sekarang adalah: 'Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah diriku sendiri.' Seandainya sejak semula aku berdoa begitu, maka aku tidak begitu menyia-nyiakan hidupku!'

Setiap orang berpikir mau mengubah umat manusia. Hampir tak seorang pun berpikir bagaimana mengubah dirinya.

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994/ http://media.isnet.org/sufi/Mello/Burung/MengubahDiriku.html )


Blessings in Christ,
Bagus Pramono
February 17, 2005>