Pemboman Di Kedubes Australia Jakarta "Melawan Publik"
Thursday, Sep. 16, 2004 Posted: 10:43:24AM PST
JAKARTA -- Bom yang meledak di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jakarta, 9 September, mengakibatkan sedikitnya tujuh orang tewas dan lebih dari 100 orang cedera. Ini merupakan "tindakan melawan public civility," kata Pastor Ignatius Ismartono SJ, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI saat dihubungi sesaat setelah pemboman terjadi sekitar pukul 10.30, 9 September.
Ledakan bom itu menyebabkan kerusakan di gedung Kedubes Australia, termasuk pagar besinya, serta gedung-gedung tinggi lain di sekitar kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Pastor Ismartono mengatakan, KWI "bersimpati terhadap para korban dan mengutuk tindak kekerasan ini." Para uskup "mempercayai, mendukung, dan menghargai polisi untuk mengambil kepemimpinan dalam menolong para korban dan semua yang menderita," lanjutnya.
"Kekerasan dan terorisme hanya dapat dilawan kalau semakin banyak orang, entah dari manapun latar belakang dan pilihan politiknya, secara bersama-sama menolaknya," tegas staf KWI itu.
Juga dikatakan, ia berharap masyarakat tidak akan memanfaatkan peristiwa itu demi kepentingan politik, khususnya ketika masyarakat Indonesia sedang mempersiapkan putaran kedua pemilihan presiden. Persaingan antara Megawati Sukarnoputri dan Jenderal (purn.) Susilo Bambang Yudhoyono akan berlangsung 20 September.
Imam Yesuit itu mengatakan, KWI mendesak komunitas internasional agar menganggap serangan terhadap "public civility" itu sebagai peristiwa internasional meskipun terjadi di Jakarta.
Dalam pemboman itu, 12 mobil, termasuk sebuah truk polisi, hancur. Kaca jendela sejumlah gedung sekitar lokasi pemboman, pecah. Beberapa pengamat mengatakan, ledakan berkekuatan tinggi itu bisa terdengar sejauh tujuh kilometer dari lokasi pemboman.
Rudy, seorang saksi yang berada 100 meter dari lokasi pemboman, mengatakan kepada UCA News, dua minivan, sebuah Toyota dan Suzuki, lewat perlahan-lahan di depan Kedubes Australia tepat sebelum ledakan terjadi. "Tiba-tiba, saya mendengar suara ledakan dan dua mobil itu hancur total," katanya.
RS Metropolitan Medical Center (MMC), yang terletak dekat Kedubes Australia, melaporkan pukul 14.00 bahwa empat korban pemboman tewas dan 105 lainnya cedera. Seorang korban tewas adalah satpam Kedubes Australia, tapi tidak seorang pun di dalam gedung Kedubes Australia mengalami cedera.
Theophilus Bela, Sekjen Indonesian Committee on Religion and Peace (IComRP) dan Jakarta Christian Communication Forum, mengatakan kepada UCA News, kedua organisasi itu mengutuk keras pemboman tersebut. Ini sebenarnya merupakan tindakan teroris. "Mungkin ini berkaitan dengan penyelidikan cepat terhadap para teroris di Indonesia," katanya. "Kami berharap, aparat keamanan dan pemerintah bisa membasmi teroris sehingga kita bisa melangsungkan pemilihan presiden dengan aman."
Bela, salah seorang pendiri Solidaritas Demokrasi Katolik Indonesia, menyambut baik langkah cepat yang diambil oleh presiden, yang pada saat pemboman terjadi masih berada di Brunei Darussalam. "Megawati secara langsung meminta polisi untuk melakukan penyelidikan dan berjanji untuk kembali ke Indonesia secepat mungkin."
Sementara itu, Pastor Babu Joseph SVD, juru bicara Gereja Katolik India, mengutuk pemboman di depan Kedubes Australia di Jakarta.
Imam itu mengatakan kepada UCA News 9 September, Gereja di India mengutuk "kejahatan yang sangat kejam" yang bertentangan dengan kemanusiaan itu. Gereja tidak mendukung kekerasan apapun karena aksi-aksi keras menyerang "akar-akar masyarakat beradab," tegasnya. Insiden semacam itu tidak akan menyelesaikan konflik apapun, lanjutnya, tapi hanya menambah penderitaan masyarakat. Pejabat Gereja India itu mendesak "orang-orang berkehendak baik" agar berjuang bersama-sama untuk mencegah terulangnya insiden semacam itu.
UCAN
>
|