-
((Foto: The Voice of the Martyrs))
Voice of the Martyrs, sebuah organisasi nirlaba Kristen, menyoroti penganiayaan terhadap umat Kristiani di seluruh dunia, telah menarik perhatian pada bulan ini terhadap permusuhan yang dihadapi oleh umat Kristiani di Tanah Suci dan menyoroti Israel sebagai bangsa yang "tidak menyenangkan dan ofensif.
"Tidak ada penganiayaan di Tanah Suci ... kecuali jika Anda menceritakan iman kepercayaan Anda kepada yang lain," bunyi kutipan di sampul The Voice of Februari 2014. Kutipan tersebut diberikan untuk Steven Khoury, seorang Kristen Arab Israel yang menggembalakan gereja-gereja di Yerusalem dan Betlehem. Pastor Khoury telah berbicara di media menyaksikan anggota gereja diserang karena iman mereka dan kehilangan seorang paman yang menjadi martir.
Voice of the Martyrs, didirikan pada tahun 1967 oleh pasangan orang Yahudi, mencantumkan Israel pada peta sebagai "bangsa yang bermusuhan."
Dalam postingan Facebook VOM pada edisi Februari di Oklahoma menuliskan:
“Toko-toko buku Kristen dipenuhi dengan publikasi tentang Israel - topiknya mulai dari sejarah bangsa yang kaya akan nubuatan Alkitab dan akhir zaman. Dari diskusi tentang Israel mengungkapkan berbagai pendapat dan bahkan kontroversi. Tapi Anda akan jarang baca atau dengar diskusi tentang Israel yang memusuhi para pengikut Kristus yang tinggal disana. Pernyataan itu sendiri dapat membangkitkan pendapat yang kuat.”
Saat ini banyak umat Kristiani di Israel hidup bebas dari penganiayaan. Tetapi bagi mereka yang menceritakan iman kepercayaannya dan menjadi saksi di garis depan medan pertempuran rohani akan menghadapi pengalaman yang sama sekali berbeda. Rami Ayyad, manajer sebuah toko buku Bible Society di Jalur Gaza, diculik dan dibunuh karena kesaksiannya tentang Kristus.
Sementara sebagian besar penganiayaan terhadap umat Kristiani di Tanah Suci berada di tangan Muslim radikal, orang-orang percaya juga dianiaya oleh aktivis Yahudi anti-misionaris. Para aktivis kadang-kadang menyemprotkan piloks di gereja-gereja Kristen yang disebut "serangan bayar harga" (menuntut harga yang tampaknya mengancam kedaulatan Yahudi). Beberapa bulan yang lalu, mereka menggambar "Yesus adalah monyet" pada sebuah gereja yang merupakan tempat ziarah utama bagi umat Kristiani.
Sementara mengingatkan bahwa Israel adalah "jantung iman umat Kristiani" dan menyarankan negara memiliki peran penting dalam peristiwa di masa depan, Voice of the Martyrs mengingatkan para pendukung bahwa "sebagai pengikut Kristus saat ini, kita masih dipanggil untuk menjadi saksi-Nya" dengan menginjil bahkan ditengah ancaman penyiksaan, penjara dan kematian.
"Panggilan VOM juga tetap tidak berubah - melayani mereka yang menderita karena kesaksian mereka bagi Kristus, baik itu di Kolombia, Iran, Nepal atau bahkan Israel," kata VOM.
Follow us Get CP eNewsletter ››
"Lebih dari 120.000 umat Kristiani tinggal di Israel, termasuk sekitar 17.000 orang Yahudi Mesianik. Ada sekitar 8.000 orang Arab Palestina, dimana 1.400 orang dari mereka berada di Tepi Barat dan 300 orang di Gaza," menurut Badan Pengawasan Penganiayaan.
Kutipan dari buletin VOM online Februari 2014 termasuk kisah Mesianik Yahudi Ami Ortiz, seorang remaja yang terluka parah pada tahun 2008 ketika ia membuka sebuah bom yang dikemas seperti kotak hadiah diletakkan di rumahnya oleh seorang kelahiran AS Yaakov "Jack" Teitel. Teitel, dijuluki sebagai "teroris Yahudi" dari kasus ini, dijatuhi hukuman pada tahun 2013 penjara seumur hidup ditambah 30 tahun atas serangan bom, dan pembunuhan dan percobaan pembunuhan terhadap orang lain di Israel.
Teitel mengaku ingin membunuh ayah remaja itu, Pastor David Ortiz, karena posisinya di komunitas Yahudi Mesianik.
Sekalipun ada serangan, Pendeta Ortiz menyerukan kepada umat Kristiani untuk mendukung Israel, karena Teitel tidak mewakili semua orang Israel.
"Kita harus terus berdoa untuk Israel dan mendukung Israel. Radikal ini kurang dari satu persen dari populasi. Mereka tidak mewakili Israel secara publik," katanya setelah pemboman.
Departemen Luar Negari AS mengungkapkan Laporan pada Kebebasan Beragama Internasional tahun 2012 tentang Israel dan wilayah pendudukan, bahwa selagi "hukum dan kebijakan negara memberikan kebebasan beragama dan pemerintah secara umum menghormati kebebasan beragama pada prakteknya," namun sikap orang-orang Yahudi terhadap kegiatan misionaris adalah negatif.
"Kebanyakan orang Yahudi menentang kegiatan misionaris yang diarahkan pada orang-orang Yahudi, dan mereka memusuhi orang Yahudi yang bertobat menjadi Kristen," menurut laporan Departemen Luar Negeri. "Mesianik Yahudi dan Saksi-Saksi Jehova dilecehkan seperti biasanya oleh Yad L'Achim dan Lev L'Achim, sebuah organisasi agama Yahudi yang menentang kegiatan misionaris."
Meskipun perlawanan terhadap upaya penginjilan Kristen di antara beberapa orang Israel, negara Timur Tengah telah lama menikmati sikap pilih kasih dari banyak kelompok Kristen Injili Amerika dan para tokoh, seperti Pastor John Hagee dari Texas dan pendiri Christian Broadcasting Network Pat Robertson.
Namun, beberapa umat Kristiani telah mendorong pendekatan yang lebih seimbang agar bagaimana organisasi Injili AS juga membahas konflik Timur Tengah. Todd Deatherage dari Telos Group, yang mendorong organisasi Injili Amerika untuk membantu secara positif mengubah konflik Israel-Palestina, mendukung martabat semua orang di Tanah Suci, untuk benar-benar pro-Israel dan pro-Palestina pada waktu yang sama."