Para jemaat gereja di sebuah kota di Indonesia berkumpul bersama untuk beribadah di rumah seseorang yang dirahasiakan, Oktober 2011. (Photo: Pioneers-USA)
Badan Pengawas Hak Asasi Manusia, sebuah organisasi internasional, telah menyerukan kepada Presiden Indonesia atas pengadopsian metode “toleransi nol” terhadap serangan agama minoritas.
Dalam laporannya “Atas nama Agama: Penyalahgunaan terhadap Agama Minoritas di Indonesia,” Badan Pengawas Hak Asasi Manusia mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena gagal melindungi agama minoritas dari intoleransi agama dan kekerasan.
Badan Pengawas Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa kekerasan tersebut “meningkat” di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Phelim Kine, Wakil Direktur Badan Pengawas Hak Asasi Manusia Asia, mengatakan bahwa salah satu alasan dibalik munculnya kekerasan tersebut adalah kegagalan pemerintah untuk bertindak tegas menghentikan kekerasan itu.
Kine mengatakan bahwa pemerintah perlu “untuk mengadili pelaku, membantu korban dan menjelaskan bahwa pemerintah tidak akan menerima pelecehan seperti ini.”
Bagi Badan Pengawas Hak Asasi Manusia, gagal mengambil tindakan tegas untuk melindungi agama minoritas mendorong dan memberanikan para militan Islam.
Laporan halaman 107 menguraikan serangan di seluruh spektrum agama – Kristen, Budha dan Islam dari aliran Ahmadiyah dan minoritas Syiah.
Badan Pengawas Hak Asasi Manusia mendaftarkan sejumlah kasus yang dilakukan oleh Islamis yang “nyaris bebas dari hukum.”
Hal itu merekomendasikan pencabutan Undang-undang Penodaan Agama, dimana keputusan menteri melarang rumah ibadah dan keputusan yang mencegah para pengikut Ahmadiyah dari dakwah.
Juga mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan seruan negara sebagai “kubu pertahanan toleransi” karena pernyataan tersebut membantu pihak berwenang di Indonesia yakin bahwa perubahan dalam hukum, kebijakan, atau prakteknya tidak diperlukan.
Awal bulan ini, beberapa gereja di Pulau Sulawesi diserang dengan bom bensin, sedangkan pada hari Natal para jemaat dipaksa untuk beribadah di luar gereja mereka, diserang dengan telur busuk.
Ratusan warga di Kelurahan/Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, menolak pembangunan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Pekiringan dan kegiatan kebaktian yang dilaksanakan jemaat di gereja tersebut, Minggu.