Sejumlah jemaat HKBP seusai beribadah di gedung yang pernah dipakai Partai Keadilan Sejahtera sebagai organisasi peserta pemilu (OPP) di Jl. Chairil Anwar No.5, Bekasi Timur, Jawa Barat, Minggu. Sekitar tiga ratusan jemaat HKBP melakukan ibadah untuk pertamakalinya di lokasi tersebut sebagai solusi sementara sambil menunggu hasil pembicaraan lebih lanjut mengenai rencana pembangunan gereja. (Foto: Media Indonesia/Panca Syurkani)
Sekitar 300 jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pondok Timur Indah, Minggu, mulai kebaktian di gedung bekas Organisasi Pemenangan Pemilu (OPP) di Jalan Chairil Anwar, Bekasi Timur. Jemaat beribadah tanpa adanya gangguan dari kelompok penentang pembangunan gereja.
"Hampir setiap minggu ibadah selalu diganggu. Akhirnya kami bisa ibadah dengan tenang," ucap Saor Siagian, penasihat hukum HKBP, kepada Kompas.com di Gedung eks OPP.
Pimpinan HKBP Pondok Timur Indah Luspida Simanjuntak mengatakan, pihaknya sudah bisa menerima solusi pemerintah untuk kebaktian di bekas gedung OPP. ""Kami sukuri dulu yang bisa kami pakai, mungkin ini yang terbaik," kata Luspida, menurut Liputan6.com.
Kebaktian baru dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, karena menunggu semua jemaat hadir. Para jemaat datang ke lokasi kebaktian diangkut menggunakan dua bus milik pemerintah daerah dari Perumahan Pondok Timur Indah, Mustika Jaya, sejauh sekitar 3 kilometer. Kebaktian dipimpin Monang Siburian, pengurus HKBP Pusat.
Menurut Kompas.com, ratusan jemaat itu tidak tertampung semuanya di dalam gedung. Sekitar 100 jemaat laki-laki terpaksa berdiri di luar gedung. Ibadah dimulai pukul 10.05. Sebelumnya, jemaat diangkut dengan bus yang disediakan pihak Pemkot Bekasi dari lapangan di Jalan Puyuh Raya. Sebagian jemaat lain langsung menuju lokasi.
Di dalam gedung tidak banyak hiasan-hiasan seperti di kebanyakan gereja. Di dalam gedung berukuran sekitar 8 x 8 meter itu hanya ada satu meja mimbar kecil, tempat pendeta berkhotbah, dan satu salib kecil yang terpasang di atas. Satu spanduk dukungan warga Kristiani Papua terpasang di ruangan. Meskipun kondisi udara di dalam relatif panas, jemaat tetap beribadah dengan tenang.
Di luar gedung, puluhan polisi berjaga-jaga. "Kita mensyukuri apa yang ada. Kita ingin yang terbaik bagi semua," kata Pendeta Luspida Simanjuntak.
Minta Realisasi
Pemindahan tempat kebaktian dilakukan karena insiden berdarah pada 12 September lalu. Jemaat HKBP yang hendak menggelar kebaktian di lahan kosong Kampung Ciketing Aem, Mustika Jaya, terlibat bentrok dengan pengendara sepeda motor. Dua pengurus gereja HKBP terluka.
Upaya pemerintah mencari solusi insiden Ciketing Asem itu berjalan alot. Pengurus HKBP Pondok Timur Indah awalnya bersikeras menggelar kebaktian dan hendak mendirikan gereja di Ciketing Asem, namun akhirnya menerima tawaran Pemerintah Kota Bekasi demi keamanan.
Selain setuju kebaktian di gedung bekas OPP, HKBP PTI juga menerima tawaran membangun gereja permanen di lahan fasilitas khusus/ fasilitas umum seluas 2.500 meter persegi di PT Timah, Mustikasari, Mustikajaya, Kota Bekasi.
Jemaat berharap kepada pihak Pemkot Bekasi segera merealisasikan janji pembangunan gereja di atas tanah fasos PT Timah. Menurut mereka lokasi Gedung bekas OPP terlampau jauh dengan rumah jemaat.
"Kami mohon jangan lama-lama," ucap Samosir (48), jemaat yang tinggal di kompleks PTI kepada Kompas.com, Minggu, seusai ibadah. "Tolong cepat direalisasikan janjinya," tambah Tambunan (46), jemaat lain.
Samosir mengatakan, jauhnya jarak gedung dari rumah membuatnya sedikit kesulitan lantaran ia harus membawa serta dua anak yang masih kecil. Selain itu, gedung tak dapat menampung seluruh jemaat. "Tempatnya enggak memadai, sangat panas di dalam. Ini baju saya basah semua. Tapi apa pun keadaannya, kita tetap mensyukuri," jelas dia.
Saor Siagian, penasihat hukum HKBP, mengatakan, pihaknya akan kembali melakukan pertemuan dengan pihak pemda pekan ini untuk membicarakan pembangunan gereja di tanah PT Timah. Untuk saat ini, pihaknya menyerahkan seluruhnya tentang realisasi pembangunan itu.
"Mereka (jemaat) ingin merasakan beribadah dengan tenang dulu, tapi kami sangat berharap segera dibangun," ucap Saor.
Ratusan warga di Kelurahan/Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, menolak pembangunan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Pekiringan dan kegiatan kebaktian yang dilaksanakan jemaat di gereja tersebut, Minggu.