“Kisah ke-Kristenan sebagai iman yang mendunia ditulis di depan mata kita," kata Dr. Dana Robert dari Boston University School of Theology, saat berbicara di hadapan kumpulan pemimpin-pemimpin gereja dunia mengenai penataan ulang iman Kristiani yang fundamental di seluruh penjuru dunia.
“Ke-kristenan telah menjalani salah satu perubahan demografik dan budaya terbesar sejak 2000 tahun sejarahnya," kata Robert.
Dia berbicara kepada sesi pertama Global Christian Forum (GCF) di Manado, Indonesia, yang bertemu untuk merefleksikan perubahan pola dari keterlibatan Gereja.
Uniknya, pertemuan tersebut membawa pemimpin dari semua tradisi gereja yang penting, semua perspektif teologi dan komuni-komuni dunia yang penting termasuk Komuni Anglikan, Konsili Gereja-gereja Sedunia, Aliansi Injili Sedunia, Persekutuan Pentakosta Sedunia dan perwakilan Konsili Kepausan Vatikan untuk promosi Kesatuan kristiani.
Dalam sebuah analisa statistik dari perubahan demografik dan praktek-praktek ke-Kristenan Global, Mr. Peter Crossing dari Centre for the Study of Global Christianity, mengatakan di GCF bahwa seabad lalu (1910), 66 persen dari umat Kristiani di dunia hidup di Eropa, namun saat ini Eropa hanyalah 26 persen dari populasi Kristiani dunia.
Di tahun 1910 kurang dari 2 persen dari seluruh umat Kristiani hidup di Afrika namun pada 2010 jumlahnya telah meroket sampai 20 persen.
Crossing, yang juga peneliti untuk lembaga Atlas of Global Christianity, mengatakan meski jumlah keseluruhan umat Kristiani cukup konstan sejak 100 tahun terakhir ada perubahan dramatis di pusat gravitas ke-Kristenan Global.
Seabad lalu statistik "pusat gravitas" ke-Kristenan berada di dekat Madrid, Spanyol, namun "pada 2010 pusat statistik telah pindah ke selatan Timbuktu di Mali. Perpindahan 100 tahun ini sangat dramatis dalam sejarah ke-Kristenan," kata Crossing.
Namun satu hal yang tidak berubah dan itu adalah sumber keuangan. "Keuangan masih tetap ada di Utara; 60 persen umat Kristiani tinggal di Selatan, namun mereka hanya memiliki 17 persen dari pendapatan Kristiani," kata Crossing.
Crossing juga menyatakan bahwa seabad lalu ke-Kristenan adalah fenomena Barat, termasuk kehadiran Katolik Roma Eropa yang kuat di Amerika Latin, dimana beberapa pemimpin gereja berasal dari Amerika Latin. Saat ini ekspresi ke-Kristenan global datang dari Afrika dan Asia.
Ia mengatakan perubahan tersebut diilustrasikan dengan contoh 'bahasa ibu' yang digunakan dalam ibadah. Saat ini bahasa Mandarin adalah bahasa ke-5 yang paling banyak digunakan untuk memuji Tuhan, bandingkan ketika 100 tahun lalu bahkan bahasa China jarang terdengar. (Bahasa terbanyak adalah Spanyol, Portugis, Inggris dan Perancis). Di seluruh dunia, terdapat 41.000 denominasi Kristiani, yang merefleksikan fragmentasi gereja global.
Diantara perubahan ini menurut Crossing ada perkembangan penting dalam gereja-gereja yang sudah ada: gereja-gereja revivalisme, suku asli dan pembaruan (renewal) tumbuh subur di berbagai benua, terutama di Selatan.
Pembicara lain, Dr. Sang-Bok David Kim dari Aliansi Injili Sedunia berbicara kepada CGF bahwa perubahan hebat di gereja secara internasional berarti "ke-Kristenan bukan lagi agama 'kulit putih'. Umat Kristiani sekarang ada di mana saja.
Melihat jumlah komparatif, Kim mengatakan ke-Kristenan tetap merupakan kelompok iman terbesar dengan 32,9 persen dari populasi dunia disusul Islam pada 22.9 persen. "Umat Muslim bertambah lebih cepat dari umat Kristiani, bukan dari konversi, namun karena tingkat kelahiran mereka (1,9 persen, umat Kristiani 1,2 persen)," katanya.
Meskipun Utara mengalami penurunan, namun komunitas Injili, Pentakosta dan Karismatik terus tumbuh disana, dan juga di Afrika, Amerika Latin dan Asia, kata Kim.
Kim memperhatikan salah satu kisah sukses yang paling mengherankan adalah karya misi-misi injili sejak Perang Dunia II dan pertumbuhan gerakan-gerakan injili suku asli secara global. "Kaum Injili berjumlah 82 juta (2,9 persen) pada tahun 1960 dan mencapai 546 juta pada 2010 (7,9 persen)," katanya.
Merefleksikan perubahan tersebut, Dr. Robert mengatakan ada pertanyaan penting untuk semua gereja: "Umat Kristiani Kontemporer berfokus pada misi untuk dua tujuan - baik untuk memulihkan tradisi dan pulih dari tradisi."
“Percakapan mengenai misi dan kesaksian adalah agenda yang sangat mendesak bagi umat Kristiani jalur utama yang semakin menurun ... karena mereka berjuang untuk membingkai kembali identitas mereka di masyarakat global. Pada saat yang sama, pengikut komunitas baru seringkali melihat kesaksian mereka sebagai pemulihan ke-Kristenan primitif yang menantang denominasi-denominasi tua," kata Robert.
Robert beropini bahwa sangat penting kesatuan Kristiani saat ini tidak seperti tahun 1950an dan 1960an, dimana pemimpin-pemimpin Protestan memaksa persatuan organik yang mengorbankan keberagaman kesaksian.
Perubahan yang mengkarakterisasi ke-Kristenan dunia saat ini berarti persatuan hanya akan dianggap serius kalau misi dianggap serius, kata Robert.
Namun misi juga beragam. Kim mengatakan "penginjilan kembali (re-evangelization)” adalah tugas utama gereja-gereja seperti Orthodoks Rusia, yang misinya dulu lebih berkonsentrasi pada penginjilan 80 persen nominal Orthodoks Kristiani daripada memikirkan proselitisme pada 1990an.
Dan Crossing mengatakan statistik mengatakan ada 1,136 milyar jam penginjilan di seluruh dunia setiap tahunnya. "Cukup bagi setiap orang untuk mendengar satu jam kesaksian Injil setiap dua hari sekali sepanjang tahun," namun, "kebanyakan (penginjilan) dilakukan ke orang Kristiani lain."
Ratusan warga di Kelurahan/Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, menolak pembangunan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Pekiringan dan kegiatan kebaktian yang dilaksanakan jemaat di gereja tersebut, Minggu.