Para peserta Second Global Christian Forum. (Foto: Kristiani Pos)
Dr. Geoff Tunnicliffe, Direktur Internasional Aliansi Injili Sedunia (World Evangelical Alliance/WEA) berbicara dalam pembukaan Second Global Christian Forum di Manado. (Foto: Kristiani Pos)
Manado, Indonesia – Umat Kristiani dari berbagai denominasi dan aliran berbeda bertemu di Manado, Indonesia, minggu ini untuk memperhatikan perubahan di dunia ke-Kristenan saat ini dan merenungkan apa yang Tuhan telah perbuat di gereja-gereja dan di seluruh dunia.
The Second Global Christian Forum (GCF) – yang pertama diadakan di Kenya pada 2007 – dengan lebih dari 300 delegasi dari 81 negara, menyatukan aliran dan denominasi berbeda: Protestan, Anglikan, Baptis, Katolik, Lutheran, Pentakosta, Orthodoks dan Injili.
Beberapa diskusi dan sesi berlangsung selama pertemuan 3-7 Oktober dibawah tema “Life Together in Jesus Christ, Empowered by the Holy Spirit.”
Dalam acara pembukaan, tokoh gereja dunia menekankan pentingnya untuk dapat saling berbagi dan mendengarkan kisah dan pengalaman untuk pertumbuhan.
Dr. Geoff Tunnicliffe, Direktur Internasional Aliansi Injili Sedunia (World Evangelical Alliance/WEA), menyambut GCF sebagai ruang yang sangat penting bagi dialog dan percakapan.
“Partisipasi WEA dalam GCF adalah jalan penting untuk mengambangkan pengertian dan pertumbuhan dengan umat Kristiani lain dalam apa yang Paulus sebut sebagai ‘pikiran Kristus,’” katanya kepada para delegasi sambil mengutip Filipi 2. “WEA berkomitmen untuk membangun jembatan untuk dialog dan pengertian antar umat Kristiani sehingga dapat meruntuhkan stereotip dan meneguhkan karakter Kristiani kita.”
Tunnicliffe mengatakan WEA melihat GCF sebagai tempat untuk berdiskusi, belajar dari satu sama lain dan juga menantang satu sama lain tanpa bersungut-sungut dan bertengkar, namun dilakukan dnegan ketulusan dan transparansi, dan yang terutama, kerendahan hati.
Rev. Sarah Rowland Jones dari Komuni Anglikan (Anglican Communion) menyambut kehadiran mereka di GCF mengatakan, “Saya rasa ini waktunya untuk menumbuhkan gerakan yang dapat disesuaikan dan terutama titik balik bagi Injili. “
Dia mengekankan, “Kita harus mulai dengan Kristus sebagai contoh dasar dan kita selalu akan mulai dengan berbagi cerita iman.”
Dr. Cecil (Mel) Robeck dari Fuller Theological Seminary (FTS) mengatakan GCF terutama penting karena mempertemukan Katolik dan Pentakosta.
"Kita harus menyadari bahwa kita memerlukan satu sama lain lebih dari sebelumnya karena dunia telah berubah. Namun kita juga menyadari bahwa kita mempunyai karunia yang diberikan Tuhan kepada gereja. Dan mungkin memikul banyak beban dapat membantu kita memahami ini."
Dr. Dimitra Koukoura dari Konsili Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) menggaungkan hasrat kaum Orthodoks untuk mendengarkan pengalaman dan pekerjaan orang lain dalam keinginan mereka akan kesatuan gereja agar “kita semua dapat menjadi satu."
Rev. Nicta Lubaale Makiika dari Organization of African Instituted Churches (OAIC) mengatakan bahwa “saat kita dapat berbagi pengalaman dengan orang lain dengan sukacita, pengalaman itu dapat menjadi milik kita.”
Sementara Rev. Dr. Richard Howell dari Evangelical Fellowship of India (EFI) berharap bahwa tiap peserta dapat menemukan pekerjaan Tuhan terjadi diantara mereka, dan menyatakan GCF adalah karunia Tuhan untuk gereja di seluruh dunia. Dia juga menekankan saling berbagi pengalaman iman adalah kunci kesatuan.
Setelah GCF, Rev. Wesley Granberg-Michaelson menyemangati peserta agar “mendengar dan merenungkan apa yang Tuhan katakan kepada gereja-gereja dari daerah-daerah lain, dan mempunyai mata iman sehingga dapat melihat langkah-langkah berikutnya."
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir telah mengeluarkan keputusan akan memberikan denda kepada siapa saja yang melakukan praktek diskriminasi,